Labels

daniera (118) kanazawa (7) nada (92) pengetahuan umum (6) profesi guru (1) puisi (16) skripsi (1)

Sabtu, 29 Desember 2012

Krawang-Bekasi - Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi


(1948) Brawidjaja, Jilid 7, No 16, 1957

Minggu, 23 Desember 2012

Telepon

Dev! Tadi teleponku diangkat, Dev! Aku senang sekali. Akhirnyaaa,... setelah kesekian kalinya, aku bisa mendengar suara itu lagi, lewat telepon.

Ya, aku tahu itu.

Dan... Tadi ada sekitar 6 menit aku bicara dengannya. Cukup lama kan, Dev? Haha.

Bukankah dulu satu jam pun tak cukup untuk kalian?

Ya sih. Tapi, tapi kali ini beda. Bahkan sepertinya itu adalah hal yang luar biasa untukku saat ini.

Kenapa? Kamu tak berani berpikir bahwa itu tak sengaja ia angkat? 6 menit itu tentang perjalanan, kan? Kuharap kamu ingat apa alasan yang disebutkannya tadi. Bukan untuk bersamamu.

Itu... Tadi dia memang katakan alasan lain, tapi itu... Menurutku itu hanya gurauan saja, dia katakan itu sambil tertawa, Dev...

Kamu selalu membuat pembelaan terhadapnya.

Aku terlalu mencintainya.

Kamis, 20 Desember 2012

Lebih dari Senyawa Karbon

Teringat percakapan dengan guru Kimia saat itu. Hmmm, sederhana saja, tak sengaja aku mendengarnya sedang menjelaskan tentang ikatan karbon. Dan tak kusangka, ternyata dia tahu aku sedang mendengarkannya, hihihi.

"Jadi, begitu kan, kak Dewi?"
"Apanya yang begitu, Kak?"
"Yaaa, itu, senyawa karbon, tunggal tuh menjenuhkan."
"Hmmm, itu pasti, kak. Dan ikatan rangkap itu adalah yang tidak jenuh."

Matanya mendelik. Sudah mulai terlihat dia mengajakku untuk berpuitis. Kemudian, akhirnya kuputuskan untuk meladeni apa yang ia mulai.

"Iya, benar, Kak. Dan sebagai guru Kimia mungkin Kakak lebih tau dari aku." Kemudian aku menarik napas sebentar, sebelum akhirnya kumelanjutkan. Dia kemudian memasang wajah serius, dengan cermat seperti menanti setiap kata dariku.

"Mungkin seperti sepi, dan sepi itu jenuh, dan seperti itulah ikatan tunggal dalam karbon. Ikatan rangkap memang akan membuat senyawa tak jenuh. Tetapi ada satu hal yang lebih penting dari itu, Kak.

Bahwa kita lebih dari senyawa karbon.

Jadi, permasalahannya bukan hanya tunggal atau rangkap, single atau double. Permasalahannya lebih kompleks dari itu, Kak. Kita lebih dari sekedar senyawa karbon."

Untuk beberapa detik, wajahnya seperti terpana dengan apa yang kukatakan. Dan kemudian dia bersorak keras sekali. Dan akhirnya dia tertawa, diikuti tawa riang pengajar-pengajar lain.

"Harusnya kau itu ambil master sastra di Belanda atau Perancis sana, Wi! Bukan ambil Fisika! Pandai sekali kau mengukir kata!"

"Hahaha, bisa saja. Semua kan Kau yang memulai, Kak!" dengan logat batak yang aku paksakan. Dan dia malah tertawa geli mendengarkan aku bicara seperti itu.

Jumat, 07 Desember 2012

UGD


Tidak seperti biasanya, sore ini aku mengemudikan mobil dengan ugal-ugalan. Kubunyikan klakson hampir pada setiap kendaraan yang ada di depanku. Tak peduli pada klakson balasan dari pengemudi lain yang aku dahului, pun pada banyak pengendara motor yang mengomel karena kaget dan risih dengan ulahku. Tujuanku satu, tiba secepatnya di RS Sari Asih Ciledug. Nama rumah sakit itu jelas terbaca pada pesan yang akhirnya terbalaskan setelah aku gelisah sepanjang hari ini.
****
Tempat bimbingan belajar ini masih sama seperti saat pertama kukenalkan kamu pada mereka, sebagai kakakku tentunya. Selalu ada tawa riang siswa yang akhirnya berhasil menyelesaikan tugas dari sekolah mereka, juga selalu ada canda dari staf dan pengajar lainnya. Namun, hari ini terasa berbeda. Setelah selesai mengajar, aku duduk-duduk dan membaca buku di ruang tunggu dekat receptionist, sambil sekali-kali melirik ponsel, menunggu pesan balasan darimu, yang sebelumnya memperkirakan akan tiba pukul 5 sore. Sampai satu jam berlalu dari pukul 5, semua siswa, pengajar, dan staf telah pulang, kecuali satu orang staf yang mendapat tugas piket sampai malam. Hari ini jadwal belajar memang hanya sampai pukul 5. Cahaya matahari sore pun berlalu dan berangsur mulai menyisipkan gelap.

“5 menit lagi, jalan macet, sabar ya. Kamu masih di Ganesha, kan?” Akhirnya kamu mengirim pesan.
“Iya, gak apa-apa, kak, aku masih di sini kok nunggu kakak.” Aku balas cepat.

Aku simpan buku yang sejak sore kubaca, sekarang aku hanya menoleh ke arah jendela luar, hanya ingin menunggu kamu. Mataku hanya terfokus pada pintu gerbang masuk, sampai akhirnya ada sorot lampu motor. Ah! pasti itu kamu. Aku tersenyum. Akhirnya aku bisa bersama kamu, berdua, bersama, setelah tiga bulan aku melewatkan dan menelantarkanmu. Begitulah ‘istilah’ yang kamu tudingkan padaku. Padahal aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir pada skripsiku, dan aku tahu kesibukanmu melanjutkan studi di Bandung, juga sekedar ingin menyelesaikan tugas akhirku sendiri, karena kuyakin kamu membantuku di setiap doamu.
“Maaf, Kakak lupa, Jakarta sore hari itu macetnya luar biasa.”
“Iya, gak apa-apa. Kita main ke sebelah aja yuk, Kak?”
“Oh, boleh. Iya, jangan jauh-jauh, supaya waktu sama kamunya agak lama, hehe.”

Seperti biasa, matamu selalu berbinar saat bertemu. Tapi ada yang berbeda, tiga bulan tak berjumpa sepertinya kamu lebih gemuk, terlihat dari pipi kamu. Kamu mengenakan kaos abu-abu lengan panjang, berjaket jeans, tampilan sederhana yang menjadi ciri khas. Jika dilihat dari belakang, pasti tidak akan ada yang menyangka itu adalah kamu, kakakku, teman bermain, sahabatku.
“Mas Andi! Kenalkan ini teman aku, sekalian aku mau pamit pulang. Terima kasih ya.”

Setelah selesai berpamitan dengan staf yang kebagian tugas piket, aku bersegera memakirkan motor ke mall yang yang dekat dengan tempat bimbel ini, bersamamu.
“Kita minum coklat aja yuk, Kak?”
“Iya, kebetulan Kakak juga mau makan donut.”

Sepanjang jalan menuju kafe kugenggam tanganmu. Dingin, ya, dari dulu seperti itu. Kamu tidak kuat dingin.

Kamu tersenyum. Sambil menikmati coklat panas, matamu seperti sedang menimbang sesuatu yang akan dikatakan. Wajahmu terlihat semakin bersih. Tapi, agak pucat menurutku, mungkin pengaruh suasana malam dan dinginnya AC kafe. Aku menunggumu saja yang memulai bercerita.
“Kakak sayang, sayang banget. Kakak kangen, de.” Akhirnya kamu berkata.
“Aku udah tau, Kak, hehe.”

Sudah dapat kutebak, pasti kamu akan katakan kalimat itu. Seberapapun sering aku katakan sudah mengetahuinya, kamu tidak peduli, lalu kamu akan jawab sama seperti yang sudah kutahu pula. Dan merupakan jawaban yang manis, menurutku.

Aku tahu makna lebih berarti dari sekedar kata. Tapi jika kata dapat tumbuhkan makna dan perdalam rasa, maka aku akan katakannya sesering mungkin.

“Memangnya kamu nggak mau bilang sesuatu?”
“Sesuatu? Sesuatu apa? Memang Kakak mau aku bilang apa?”
“Ya... Kalimat yang sama, minimal.”
“Sekarang?”
“Ya. Sekarang. Sebelum nantinya menyesal.”
“Menyesal? Kenapa mesti ada penyesalan?”
“Entahlah. Setidaknya Sebelum Kakak pergi.” Kemudian bibirmu menyunggingkan senyum tajam.
“Pergi? Pergi ke mana?” Aku mulai tak sabar.
“Ya... Pergi jauh, hehe.” Kali ini kamu nyengir.
“Maksudnya? Jepangkah?” Aku benar-benar sudah tak sabar, apalagi melihat ekspresi mukamu yang jahil, melihatku bingung.
“Ya. Kakak lulus tes. Bulan depan berangkat.”
“Ah! Selamat ya, Kakak!”

Aku menghambur untuk memeluknya. Antara bahagia dan sedih tuk melepasnya. Di antara pelukan itu, aku bisikan padanya.
“Aku sayang Kakak. Kakak itu sahabat aku dan saudara aku, tentunya. Aku sayang Kakak.”

Kemudian kulihat keningmu sedikit berkerut,
“Kenapa?”
“Bangetnya, mana?”

Ah! Aku pikir kamu kenapa.
“Aku sayang Kakak, pake banget.”

Kemudian kamu dan aku tertawa bersama. Meluncur begitu saja cerita-ceritamu tentang proses seleksi administratif, kekesalanmu saat mengurus translasi ijazah, kemudian ketegangan saat memilih supervisor, melihat soal ujian, kebingunganmu pada saat wawancara, sampai pada pengumuman hasil tes. Sejujurnya aku bangga memilikimu, setidaknya sampai saat ini aku merasa memiliki hatimu. Dan semoga sampai nanti aku masih memiliki hatimu.

Setelah ceritamu tentang tes itu, kamu menunjukkan video. Video itu sesungguhnya terdiri dari banyak foto, seperti tampilan flash foto-foto, kamu bilang kamu yang mengeditnya, dengan memberikan narasi di setiap foto. Aku melihatnya. Aku melihat video itu. Ternyata isinya foto kamu, fotoku, foto kita, di saat-saat kuliah beberapa semester lalu. Melihat itu, kita tertawa bersama mengenang masa-masa saat aku yakin aku tidak akan pernah sendiri. Keyakinan itu datang karena hadirmu, tentu.

Tapi kebersamaan itu berubah. Menurutmu, akulah penyebabnya. Aku terlalu sering melewatkanmu. Sampai kemudian kamu katakan kamu sudah berjanji pada dirimu sendiri untuk tidak menghubungiku duluan, sebelum aku yang menyapamu. Sebegitunyakah aku berubah? Entahlah. Yang jelas aku masih menyayangi kamu, sebagai sahabat dan saudaraku.

Di tengah-tengah video itu ternyata kamu menyelipkan foto-foto saat kita bersepeda bersama, kehujanan bareng, dan lagu ‘Aku Suka Caramu’. Kemudian kita, entah siapa yang memulai, seolah-olah sedang memuat videoclip lagu itu. Tak peduli pengunjung kafe yang lain melihat atau tidak. Yang jelas aku suka itu. Di akhir putaran lagu, kita melakukan gerakan yang sama. Gerakan tangan layaknya saling menembak dengan dua pistol, namun pistol dilambangkan dengan jari telunjuk dan jempol. Begitu hangatnya kebersamaan kita saat itu.

Ternyata waktu terasa begitu cepat berlalu saat bersamamu. Kusadari malam dari bibirmu yang mulai bergetar kedinginan. Wajahmu tambah pucat. Aku putuskan untuk bersegera pulang. Sebelum berpisah, di parkiran motor itu, kamu memelukku, lebih erat dari biasanya. Sejak saat itu aku berjanji akan berusaha untuk memulai komunikasi lebih dulu, aku akan berusaha menyapamu terlebih dahulu.
****
“Aku ganti foto profil di facebook pake foto kita, ya Kak.”
Pesanku malam itu saat hendak beranjak tidur tak dibalas olehmu.
“Kak? Apa kabar pagi ini? J Love you...”
Pesanku pagi ini juga tak dibalas, mungkin kamu masih tidur. Tapi entah kenapa pagi ini, pikiranku penuh olehmu. Jangan-jangan aku baru sadar, aku juga sangat menyayangimu. Atau aku baru sadar, seharusnya semalam aku memelukmu lebih lama, sebelum kamu pergi jauh, melanjutkan studi di negeri Sakura.
“Dewi di RS Sari Asih di Ciledug. Tadi pagi jatuh. (Lisa, kakaknya).” Akhirnya ada pesan masuk dari nomor ponselmu.

Tanpa pikir panjang, aku ambil kunci mobil, bergegas pergi. Semua ingatanku tentang kamu, tentang semalam, tentang pembicaraan kita yang begitu hangat, tentang masa-masa itu, tentang kamu sekarang, di rumah sakit, semua bercampur. Pikiran-pikiran itu, kenangan-kenangan itu, mampu buat air mataku tak hentinya mengalir selama perjalanan ke rumah sakit.
****

Dalam ruangan itu, kamu terbaring, banyak perban membungkus kepalamu. Matamu terpejam. Mendesir kengerian dalam pikirku. Aku sentuh tanganmu. Aku genggam lembut, Kusentuh pipimu, aku akan mengatakannya, sebelum aku menyesal, begitu, kan, katamu? Begitu kan, inginmu? Mengapa kamu dapat berkata tentang penyesalan, semalam? Mengapa? Air mataku mengalir begitu saja. Aku, ya, aku yang merasa memilikimu.

“Aku sayang banget sama Kak Dewi.” Bisikku sesungguhnya tak lebih dari harapan kamu dapat dengarkan aku. Kamu pernah bilang kita adalah saudara sejiwa, kan? Kita pernah bicara tanpa kata, kan? Di lorong sepi, di lorong sepi kita bertemu. Kamu tidak akan pernah berhenti mencintaiku, kan?

Masih kugenggam jemarimu, rasanya dingin menyekat.

“Aku suka caramu, mencintaiku... Aku suka caramu, buatku tersenyum... Aku suka semua tentangmu...” Bahkan aku sendiri tak dapat dengar suaraku, di tengah isakku. Lagu itu... Kamu ikut bernyanyi denganku, kan?

Jemarimu tergerak, seperti membalas genggamku. Tanganku merasakan suatu yang hangat mengalir di pipimu, air matamu. Sebelum akhirnya aku harus keluar dari ruangan itu.
****
Aku tak percaya. Semalam kamu masih bersamaku. Semalam kita masih bermain telunjuk jempol bersama. Kamu bilang kamu akan melanjutkan studi di negeri Sakura, kan? Kamu bilang akan menungguku di sana? Kamu bilang, kamu cuma pergi sebentar, kan? Atau aku yang salah mendengar.

Maafkan aku melewatkanmu. Terlalu banyak kesempatan bersamamu yang kuabaikan. Jika saja aku tahu kamu akan pergi, tidak untuk setahun, tapi untuk selamanya, aku tentu akan katakan keras-keras, bahwa aku juga sangat menyeyangimu. Kamu adalah sahabat terbaikku. Kamu adalah kakak yang luar biasa bagiku. Kamu akan tetap menjadi bagian yang terbaik di hati ini.***

Lorong Sepi

...

Walau aku ragu, tapi aku putuskan untuk terus masuk menulusurinya. Lorong itu sepertinya panjang, kering, dan menyekap. Namun aku tak ingin kembali, belantara itu lebih menakutkan. Tapi, aku terlanjur masuk tanpa apa, tanpa siapa, sambil berharap kutemukan sesuatu di dalam sana, entah apa, kapan, dan di mana.

...

Belum sempat kubuka kelopak mata, gerakan tanganku mendahuluinya. Kusentuh luka. Mengeras, sepertinya ada yang membeku. Ternyata, dingin yang menyelubung membuat jalinan benang-benang fibrin cepat mengering. Tapi, perihnya masih kurasa.
Ketika aku benar-benar terjaga, mataku menangkap bayangan nyata. Aku masih terduduk, bersandar pada dinding lorong.

...

Saat itu aku merasa kuat. Ada kamu. Aku tidak lagi sendiri di lorong itu. Genangan air di tengah lorong tak akan mampu buatku terjatuh, karena genggammu. Erat, kuat, dan begitu kokoh, seperti tak terpisahkan. Pun tak akan mampu membuatku membeku, karena hadirmu begitu menghangatkan. 

...

daniera~Januari 2012

Minggu, 02 Desember 2012

Heaven - DJ Sammy

 Oh, thinking about all our younger years
There was only you and me
We were young and wild and free
Now nothing can take you away from me
We've been down that road before
But that's over now
You keep me coming back for more

Baby, you're all that I want
When you're lying here in my arms,
I'm finding it hard to believe
We're in heaven
And love is all that I need,
And I found it there in your heart
It isn't too hard to see
We're in heaven

Oh, once in your life you find someone
Who will turn your world around
Pick you up when your feeling down
Now nothing could change what you mean to me
There's a lot that I could say
But just hold me now
Cause our love will light the way

Baby you're all that I want
When you're lying here in my arms,
I'm finding it hard to believe
We're in heaven
And love is all that I need,
And I found it there in your heart
It isn't too hard to see
We're in heaven

I've been waiting for so long
For something to arrive
For love to come along
Now our dreams are coming true
Through the good times and the bad
I'll be standing there by you

Baby you're all that I want
When you're lying here in my arms
Im finding it hard to believe
We're in heaven
And love is all that I need,
And I found it there in your heart
It isn't too hard to see
We're in heaven
Oh, Oh
Oh, Oh
We're in heaven

Sabtu, 01 Desember 2012

Maafkan Aku

Maafkan aku, maafkan aku.
Maafkan aku atas luka yang kutorehkan. Andai saja aku
dapat kembali pada masa lalu, aku akan memilih untuk
tidak pernah mencintaimu, agar tidak harus kamu
rasakan luka. Dan aku? Akan menjadi diriku yang kaku.

Price Tag - Sabrina

Price Tag - Sabrina Cover, Original by Jesse


Seems like everybody's got a price,
I wonder how they sleep at night.
When the sale comes first,
And the truth comes second,
Just stop for a minute and
Smile


Why is everybody so serious?
Acting so damn mysterious?
Got your shades on your eyes
And your heels so high
That you can't even have a good time


Everybody look to their left
Everybody look to their right
Can you feel that (yeah)
We're paying with love tonight


It's not about the money, money, money
We don't need your money, money, money
We just wanna make the world dance,
Forget about the price tag
Ain't about the (uh) Cha-Ching Cha-Ching
Ain't about the (yeah) Ba-Bling Ba-Bling
Wanna make the world dance,
Forget about the price tag.


We need to take it back in time,
When music made us all unite
And it wasn't low blows and video hoes,
Am I the only one getting tired?


Why is everybody so obsessed?
Money can't buy us happiness
Can we all slow down and enjoy right now
Guarantee we'll be feeling alright


Everybody look to their left
Everybody look to their right
Can you feel that (yeah)
We're paying with love tonight


It's not about the money, money, money
We don't need your money, money, money
We just wanna make the world dance,
Forget about the price tag
Ain't about the (uh) Cha-Ching Cha-Ching
Ain't about the (yeah) Ba-Bling Ba-Bling
Wanna make the world dance,
Forget about the price tag.


Lalalalalalala hey
Lallalalalalla hey
Price tag
Lalalalalalala hey
Lallalalalalla hey
Price tag


It's not about the money, money, money
We don't need your money, money, money
We just wanna make the world dance,
Forget about the price tag
Ain't about the (uh) Cha-Ching Cha-Ching
Ain't about the (yeah) Ba-Bling Ba-Bling
Wanna make the world dance,
Forget about the price tag.

Money, money, money
Money, money, money
World dance forget about the price tag
Money, money, money
Money, money, money
World dance forget about the price tag

Kamis, 29 November 2012

Berawal dari JASSO

JASSO, atau singkatan dari JApan Students Services Organization. Tiba-tiba saja di perpustakaan ITB, sambil menatap langit Bandung yang mendung, saya ingin menuliskan tentang ini...

Semua berawal saat siang tadi saya makan bersama dengan salah satu teman sekelas saya, di jurusan Magister Computational Science. Banyak hal yang kami bicarakan. Sampai kepada topik JASSO. Di Indonesia, JASSO dapat disamakan dengan DikTI atau DikNas, yah semacam itulah.

Kami membahas terkait dengan pendanaan Double Degree Program di Japan yang akan kami jalani, kebetulan teman saya dan saya lulus seleksi :). Mulai dari pelayanan, JASSO terkenal dengan kemudahan akses mendapatkan dana. Tidak pernah dipersulit. Tidak pernah terlambat. Jadi, jika kami mendapatkan pendanaan di Japan nanti dari JASSO, maka kami tentunya tidak akan khawatir saat-saat awal di Kanazawa University.

Setiap kelebihan tentunya ada kekurangan. Beasiswa dari Dikti ternyata sekitar 20rb Yen lebih banyak dari JASSO setiap bulannya. Tapi, tapi, tapi, beasiswa dari Dikti tersebut akan keluar kira-kira setelah 5 bulan di Japan. Whats? Dan 5 bulan awal di sana, dana dari mana? Menghutang tentunya! Hahaha. Agak miris, memang. Padahal terdengarnya masalah sepele, tetapi, tetap saja, yang terkait dari dalam negeri ada istilah 'rapel'. Jadi mungkin kebiasaan yang di turunkan dari orde lama atau orde baru mungkin (loh? kok jadi bahas sejarah). "Mengencangkan ikat pinggang." Atau istilahnya puasa untuk menahan lapar. Demi makan di kemudian hari. Hey! Hello! Sekarang sudah zaman... (zaman apa ya?). Pokoknya bukan zamannya lagi menahan lapar untuk makan di kemudian, menurut saya sekarang zamannya peningkatan gizi untuk mencapai SDM (SUmber Daya Manusia) yang lebih baik lagi! Supaya kita bisa benar-benar ikut berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan! Supaya demo kita tentang #SaveGaza itu tidak cuma angin lalu! Supaya... Ah! Banyak sekali! Memang beda, mental negara maju dengan negara yang cuma maunya maju. Sudahlah, kita lanjutkan.

Sampai pada obrolan tentang salah satu pejabat negara mengenai PPI (Persatuan Pelajar Indonesia). Bahwa pejabat negara tersebut dengan entengnya mengatakan bahwa mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri itu menghabiskan uang negara saja, tidak ada rasa nasionalismenya! Lebih baik dananya dipakai oleh para pejabat untuk kunjungan kerja ke laur negeri! Whats!!!! Membahas itu rasanya saya gondok pake banget.
Pertama, (sepengalaman saya menempuh pendidikan SD s.d. S1) pemerintah itu kurang perhatian, kurang penghargaan kepada yang namanya prestasi yang terkait ilmu pengetahuan. Padahal, padahal.... Bahkan seingat saya, dulu, sewaktu saya SMA, tim Olimpiade Matematika Indonesia tuh sampe telat berangkat untuk Olimpiade internasional gara-gara kelalaian pengurusan administrasi dan dipersulitnya keberangkatan! Bukan oleh siapa2 loh! Oleh bagian pemerintah sendiri! (Nah, bersyukur saya, waktu itu gak kepilih jd tim olimpiadenya, kalo kepilih, bisa-bisa saya gondoknya sampe pindah ke luar aje deh, hehe)

Kedua, biaya perjalanan untuk kunjungan kerja pejabat itu jauh-jauh-jauh lebih menghabiskan uang, dan hasilnya? Tetap! Tetap saja mata uang rupiah lebih rendah dari mata uang negara lain. fufufufu. Tetap saja peniti harus mengimpor. Tetap saja korupsi (ndak usahlah yah, bahas-bahas korupsi). Tetap saja terjadi keningnangan atau kesenjangan ekonomi. Tetap saja, banyaaaaak masalah nya ini Indonesia yang aku cinta.... Tetap saja Timnas kita kalah (loh?) Iyalah, gimana mau main dengan baik kalau semua serba dipolitisi! Lagipula, kunjungan kerja pejabat selama dua minggu kalau dihitung-hitung sama setara dengan biaya hidup pelajar indonesia di luar negeri selama 6 bulan! sekali lagi, 6 bulan! Dan kami (saya jg nanti, insya Allah) mahasiswa / pelajar di luar negeri, gak cuma duduk diem di kelas! Kami aktif melakukan penelitian, kami juga berusaha mengerti culture mereka (negara lain). Kami punya cita-cita, saat kembali, kami dapat membuat Indonesia lebih baik! Itu cita-cita kami! Sedangkan mereka? Entahlah semua sudah menjadi modus, menurut saya.

Ketiga, dan seterusnya mungkin kapan-kapan dilanjutkan lagi, karena saya sudah pegel ngetik, hehe.

Back to JASSO, pemerintah seperti Jepang (dan mungkin negara lain) ternyata sangat perhatian dengan masalah kecil seperti kehadiran mahasiswa asing di negeri mereka. Ada persyaratan minimal apartemen yang boleh dihuni atau disewa oleh mahasiswa asing. Khusus kampus saya, tidak boleh di apartemen murah, karena dikhawatirkan mengganggu konsentrasi belajar mahasiswa. Dan mengenai rapelan? Saya juga gak ngerti kenapa mesti dirapel, jangan-jangan dibungakan dulu, atau didepositokan dulu (Suudzon ya, saya? astagfirullah), entahlah.

Senin, 19 November 2012

Call Me Maybe - Carly Rae Jepsen


I threw a wish in the well
Don't ask me, I'll never tell
I looked to you as it fell
And now you're in my way

I trade my soul for a wish
Pennies and dimes for a kiss
I wasn't looking for this
But now you're in my way
Your stare was holding
Ripped jeans, skin was showing
Hot night, wind was blowing
Where you think you're going baby?

Hey, I just met you, and this is crazy 
But here's my number, so call me maybe
It's hard to look right, at you baby 
But here's my number, so call me maybe

Hey, I just met you, and this is crazy
But here's my number, so call me maybe
And all the other boys, try to chase me
But here's my number, so call me maybe

You took your time with the call
I took no time with the fall
You gave me nothing at all, but still you're in my way
I beg and borrow and steal
At first sight and it's real
I didn't know I would feel it, but it's in my way

Your stare was holding
Ripped jeans, skin was showing 
Hot night, wind was blowing
Where you think you're going, baby?

Hey, I just met you, and this is crazy 
But here's my number, so call me maybe
It's hard to look right, at you baby
But here's my number, so call me maybe

Hey, I just met you, and this is crazy 
But here's my number, so call me maybe
And all the other boys, try to chase
But here's my number, so call me maybe

Before you came into my life I missed you so bad
I missed you so bad... I missed you so, so bad
Before you came into my life I missed you so bad
And you should know that... I missed you so, so bad

It's hard to look right, at you baby
But here's my number, so call me maybe

Hey, I just met you, and this is crazy 
But here's my number, so call me maybe
And all the other boys, try to chase me, 
But here's my number, so call me maybe

Before you came into my life I missed you so bad
I missed you so bad... I missed you so, so bad
Before you came into my life I missed you so bad
And you should know that
So call me maybe

Minggu, 18 November 2012

Don't Rush - Kelly Clarkson

Let's wake up in the afternoon 
Pretend that we got nothing to do 
No we don't have to go back anything 
We can make up our own homes 
I see the way you're looking at me 
Baby know I'm feeling it too 
We can just light up every candle 
Move from room to room 

Stopping every minute just because you're in it 
Wishing everyday was Sunday, you're right next to me 
It's how it's supposed to be 
Just hanging on every touch 
Baby don't rush, no no 
Baby don't rush 

Through the man by the window 
Taking a long way to round 
To a secret place where no one could find us 
Oh the place we can call our own 
Come here and take a picture 
Something we can hang on to 
We can look back and try to remember 
All the crazy we gonna do 

Stopping every minute just because you're in it 
Wishing everyday was Sunday, you're right next to me 
It's how it's supposed to be 
Just hanging on every touch 
Baby don't rush 
Baby don't rush 

Stopping every minute just because you're in it 
Stopping every minute just because you're in it 
Stopping every minute 

Stopping every minute just because you're in it 
Wishing everyday was Sunday, you're right next to me 
It's how it's supposed to be 

Stopping every minute just because you're in it 
Wishing everyday was Sunday, you're right next to me 
It's how it's supposed to be (supposed to be) 
Just hanging on every touch 
Baby don't rush no no 
Baby don't rush (Baby don't rush) 
Baby don't rush

Kamis, 15 November 2012

3 Care, T_T

Kesel sebenernya udah campur aduk deh perasaan di hari selasa, 15 November itu..
Hujan gedeeee banget, alhamdulillah gw udah di dalem plaza semanggi, pake nyasar pula lagi... Semua ini gara-gara patas AC 44 yang gak lewat sudirman, dia lewat slipi, gw gak tau deh, itu tau-tau muncul di mana, gak ngertiiiii....Akhirnya gw turun aja di tol senayan, paraaah...
Dan gw jalan jauhhhh banget dari tol senayan ke semanggi ngelewatin bendungan hilir, hufth...
Rasanya mau nangis aja, tapi gak apa-apa, emang gw yang gak mau bawa motor, padahal udah dizinin, gak tau, rasanya badan lemes banget.
Singkat cerita, gw sampe plaza semannggi dengan kaki gemetaran dan  langkah gontai.... Haus pula.
Ini semua karena 3 care. Karena gw merasa dipermainkan sama 3, sama nomor kesayangan gw ituh, yang udah 4 tahun nemenin gw kuliah dan udah 2 kali ganti kartu, pertama registrasi pascabayar, kedua, karena kartu hilang, kecopetan.
Dan akhirnya, gara-gara si BB gw itu, gw putusin untuk ganti simcard, kadang muncul kadang gak muncul tuh lambang BB di samping lambang 3G gw....
Diledekin sama mas-masnya, gara-gara gw nangis,,,hiks,hiks, gimana gak sedih juga, masa gw harus ganti kartu? haduuuh repot banget kan....

Senin, 12 November 2012

"Kak"

Dia tak memintaku tuk datang.
Tapi aku tak kuasa menahan langkah kaki, menujunya.
Ada semacam sesak yang tertahan, seminggu lamanya.
Sesak itu dimulai saat aku harus pergi, tidak berjumpa dengannya.
Kemudian baru aku tahu, itu yang dinamakan rindu.
Tapi aku coba menepisnya.
Aku, tak mungkin miliki rasa yang selembut itu.

Pintu dibukanya.
Ah, senangnya aku saat itu.
Ia menyambutku dengan sumringah.
Senyumnya yang bekaskan kesejukan dan surutkan sesak.

"Kak"
Ada ketentraman saat dia sebutkan kata itu.
Kemudian dia ceritakan banyak hal, padaku.
Saat itu waktu terasa berjalan begitu cepat,
padahal aku masih ingin berlama bersamanya.

Sampai ketika pembicaraan terhenti pada satu hal.
Buatnya menitikkan air mata.
Aku terdiam, tak mengerti apa yang harus aku lakukan,
padanya yang panggil aku 'Kak'.
"Aku merasa seperti tidak punya sesuatu."
"Hei! kamu punya aku!"~ tapi itu hanya teriakku dalam hati.
Aku masih diam memperhatikan setiap detailnya.

Aku berusaha menggerakkan tanganku,
tapi hanya sebatas memegang punggung tangannya.
"Aku tak seperti Kakak yang punya semangat untuk mendasari semua."
Kemudian air matanya menderas.
Tak kuasa aku melihatnya.
Hampir saja aku ikut terlarut dalam tangisnya.
Tapi untungnya tidak.
Aku masih dapat membendungnya.
Sudah lama sekali aku tak merasakan ini.
Ada getaran, ada sesak, ada haru, ada candu...

Aku yang sebenarnya tergugup menghadapinya saat itu.
Coba usap lembut punggung tangannya.
Mungkin itu tak berarti baginya.
Hanya itu yang bisa aku lakukan.
Inginku sungguh memeluknya dengan eratnya.
Menghapus air mata di wajahnya dengan lembutnya.
Tapi aku tak juga bergerak.
Aku tak berani.
Aku takut salah.
Dia sudah menjadi terlalu istimewa di sini, di hatiku.

"Jangan menangis lagi."
Akhirnya aku dapat berkata walau terbata.
"Aku tidak menemukan sesuatu yang buatku semangat melakukan apapun, Kak."
Dia kemudian melanjutkan bicara di antara isaknya.
"Memangnya kamu mencari apa?"
Aku tak tahu lagi, mengapa pula aku harus bertanya.
Aku terlalu kaku saat itu, kuakui.
"Aku tidak tahu, Kak."
Dia mengusap air matanya dengan tangan kirinya.
Sedangkan tangan kanannya masih kugenggam.

"Bagaimana kita dapat mencari sesuatu sedangkan kita tak tahu apa yang kita cari..."
Ah, aku semakin kesal pada diriku sendiri.
Mengapa pula aku malah menceramahinya.
Aku menyesal saat itu.

Sampai air matanya mereda, aku tersadar pada satu simpulan.
Aku begitu menyayanginya.

Minggu, 14 Oktober 2012

Hey Soul Sister - Train

Hey, hey, hey

Your lipstick stains on the front lobe of my left side brains
I knew I wouldn't forget you, and so I went and let you blow my mind
Your sweet moonbeam, the smell of you in every single dream I dream
I knew when we collided, you're the one I have decided who's one of my kind

Hey soul sister, ain't that Mr. Mister on the radio, stereo, the way you move ain't fair, you know!
Hey soul sister, I don't want to miss a single thing you do...tonight
Hey, hey,hey

Just in time, I'm so glad you have a one-track mind like me
You gave my life direction, a game show love connection we can't deny
I'm so obsessed, my heart is bound to beat right out my untrimmed chest
I believe in you, like a virgin, you're Madonna, and I'm always gonna wanna blow your mind

Hey soul sister, ain't that Mr. Mister on the radio, stereo, the way you move ain't fair, you know!
Hey soul sister, I don't want to miss a single thing you do...tonight

The way you can cut a rug, watching you's the only drug I need
So gangsta, I'm so thug, you're the only one I'm dreaming of
You see, I can be myself now finally, in fact there's nothing I can't be
I want the world to see you be with me

Hey soul sister, ain't that Mr. Mister on the radio, stereo, the way you move ain't fair, you know!
Hey soul sister, I don't want to miss a single thing you do...tonight.


Hey, hey,hey
Tonight
Hey, hey,hey
Tonight

Rabu, 03 Oktober 2012

Waktu

Andai saja Sang Penguasa waktu berikanku kemampuan, 
kan kuputar kembali waktu. 

Bukan, bukan untuk mengikatmu dengan kuatnya. 
Tapi untuk menghindarimu. 

Agar aku tak dipertemukan denganmu, 
tak melihatmu, 
dan usah berharap dapat bersama.

Agar tak kurasakan luka di setiap merindumu.

Senja


Adu argumen sore tadi ternyata mampu membuatku kacau. Aku bersegera meninggalkan auditorium dan menuju kamarku untuk berganti pakaian santai. Tak lupa aku kaitkan jaket pada lenganku. Aku berjalan bergegas menuju tempat di pinggiran pantai, perkiraanku masih termasuk garis pantai Anyer. Kemarin, tempat itu hanya dapat kunikmati dari view kamar hotel Patrajasa.

Sepanjang jalan menuju tempat itu buliran pasir masuk ke dalam alas kakiku. Menyentuh kulitku. Terasa hangat. Pasir pantai itu sepertinya menyerap pancaran panas matahari sejak pagi. Tapi aku sama sekali tak merasa risih dengan hal itu. Aku selalu suka matahari. Betapapun peluh berjatuhan saat terik, matahari selalu memberikan kenangan indah di akhir sebelum pada akhirnya menyisakan kegelapan dalam lelap. Ya, kenangan indah itu adalah senja.

Saat akhirnya deburan ombak sampai menghempas kakiku, aku tersenyum dan terus mengayunkan langkah. Buliran pasir yang kering dan hangat kini tergantikan oleh hempasan pasir basah yang dibawa ombak. Menghantarkan kesejukan dalam setiap dinginnya butir-butir pasir menyentuh kulit kakiku. Angin yang menerpa, mampu membuat bibirku bergemetaran menahan dinginnya. Sambil terus berjalan kukenakan jaket. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket dan mulai menikmati senja.

Jarak aku dengan tempat itu semakin dekat,  semakin jelas bebatuan besar yang tersusun acak yang dari jauh aku hanya melihatnya sebagai  tumpukan batu. Tapi kini aku melihat detail. Kusempatkan menyentuh permukaan salah satu batu dan aku coba merasakannya. Lembut, licin, pada beberapa bagian terasa kasar, tapi kemudian ada kelembutan. Ah, ternyata lumut-lumut itu menutupi sebagian permukaan batu. Sebagiannya lagi mungkin terhempas ombak saat pasang membuat kerapuhan yang kurasakan kesat tadi. Dan akhirnya aku menoleh ke arah bagian lain dari tumpukan batu. Tempat yang sedari kemarin menarik perhatianku, dan menyihirku untuk berjanji mendatangi tempat ini ketika senja datang.

Persis seperti yang kuduga, aku dapat menikmati senja secara sempurna di tempat ini. Berbeda dari pantai rekreasi. Jauh dari kebisingan. Pasirnya ternyata begitu lembut. Gemas rasanya aku melihatnya. Kurentangkan jemari tanganku. Kemudian aku masukkan kedua tanganku ke dalam pasir-pasir lembut itu, kutarik, membentuk jejak jemari di atas hamparan pasir. Sungguh lepas perasaanku sore itu. Aku duduk di hamparan pasir lembut itu, menikmati angin, menikmati matahari di batas cakrawala, menikmati senja. Kurentangkan jemari tanganku, kemudian kedua tanganku kujadikan tumpuan di belakang. Kutengadahkan wajah, semburat merah di langit nampak begitu menyala, begitu hidup, begitu bebas. Kembali pandanganku terkait pada matahari yang benar-benar akan tenggelam dalam batas cakrawala, warnanya memengaruhi warna air laut sepertinya laut itu airnya telah berubah menjadi jingga karena merahnya matahari saat senja. Kupejamkan mata, senyummu muncul di sana, tawamu terdengar begitu renyah. Tapi kemudian aku kembali membuka mata telingaku hanya menangkap suara deburan ombak. Semua seperti membias, aku terhanyut dalam senja hari itu, aku terbawa seperti matahari. Aku tenggelam menyusul kedamaian, mengenangmu.

Senin, 01 Oktober 2012

Perahu Kertas - Maudy Ayunda


Perahu kertasku kan melaju
Membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila
Tapi ini adanya

Perahu kertas mengingatkanku
Betapa ajaibnya hidup ini
Mencari-cari tambatan hati
Kau sahabatku sendiri

Hidupkan lagi mimpi-mimpi
(cinta-cinta) cita-cita
Yang lama ku pendam sendiri
Berdua ku bisa percaya

Reff:
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu

Tiada lagi yang mampu berdiri halangi rasaku
Cintaku padamu…

Kamis, 20 September 2012

Where The Lines Overlap - Paramore

Give me attention
I need it now
Too much distance
To measure it out, out loud
Tracing patterns across a personal map
And making pictures where the lines overlap
Where the lines overlap

No one is as lucky as us
We're not at the end
But oh, we already won, no no
No one is as lucky as us
Is as lucky as us

Call me over
Tell me how you got so far
And never making a single sound
I'm not used to it
But I can learn
There's nothing to it
I've never been happier
Never been happier

No one is as lucky as us
We're not at the end
But oh, we already won, oh no
No one is as lucky as us
Is as lucky as us

Now I've got a feeling if I sang this loud enough
You would sing it back to me
I've got a feeling if I sang this loud enough
You would sing it back to me

I've got a feeling (I've got a feeling)
That you would sing it back to me
You would sing it back to me
No one is as lucky as us
We're not at the end
But oh, we already won, oh no
No one (no one) is as lucky as us
Is as lucky as us
Is as lucky as us

Selasa, 18 September 2012

C

bersih-bersih
membagi ke banyak bagian
mencoba lupakan
tapi nyatanya tiada pernah hilang
suatu kewajiban
semakin dekat
semakin lekat
terkungkung
dalam ingatan
kenangan bersamamu

Jumat, 31 Agustus 2012

Mr. Know It All - Kelly Clarkson


Mr. Know It All
Well ya think you know it all
But ya don't know a thing at all
Ain't it, ain't it something y'all
When somebody tells you something 'bout you
Think that they know you more than you do
So you take it down another pill to swallow

Mr. Bring Me Down
Well ya, ya like to bring me down, don't you?
But I ain't laying down, baby, I ain't goin' down
Can't nobody tell me how it's gonna be
Nobody's gonna make a fool out of me
Baby, you should know that I lead not follow

[Chorus:]
Oh you think that you know me, know me
That's why I'm leaving you lonely, lonely
'Cause baby you don't know a thing about me
You don't know a thing about me
You ain't got the right to tell me
When and where to go, no right to tell me
Acting like you own me lately
Yeah baby you don't know a thing about me
You don't know a thing about me

Mr. Play Your Games
Only got yourself to blame when you want me back again
But I ain't falling back again
'Cause I'm living my truth without your lies
Let's be clear baby this is goodbye
I ain't coming back tomorrow

[Chorus:]
Oh you think that you know me, know me
That's why I'm leaving you lonely, lonely
'Cause baby you don't know a thing about me
You don't know a thing about me
You ain't got the right to tell me
When and where to go, no right to tell me
Acting like you own me lately
Yeah baby you don't know a thing about me
You don't know a thing about me

[Bridge:]
So what you've got the world at your feet
And you know everything about everything
But you don't
You still think I'm coming back but baby you'll see yeah...

[Chorus:]
Oh you think that you know me, know me
That's why I'm leaving you lonely, lonely
'Cause baby you don't know a thing about me
You don't know a thing about me
You ain't got the right to tell me
When and where to go, no right to tell me
Acting like you own me lately
Yeah baby you don't know a thing about me
You don't know a thing about me

Mr. Know It All
Well ya think you know it all
But ya don't know a thing at all
Yeah baby you don't know a thing about me
You don't know a thing about me

Kamis, 30 Agustus 2012

Di Balik Tawamu

Adikku....
Siang itu kamu datang mengunjungiku, mengunjungi keluargaku. Bagiku, kamu tetaplah adik kecil yang dulu, dulu sekali pernah tumbuh berbarengan denganku. Pertemuan kita kali itu, tak seperti dulu. Tak ada lagi kebersamaan selama bertahun-tahun. Dan banyak sekali perubahan yang terjadi. Dibalik tawa riangmu kudengar suatu keperihan. Ada perasaan yang mendalam di nada itu. Ah! aku kesal pada diriku karena aku tak bisa lakukan apapun. Andai aku tahu akhirnya seperti ini, pasti aku bisa mencegahnya. Tapi, siapa peduli? Bahkan mungkin kamu pun tidak.

Mungkin kamu akan anggap aku seperti diam. Mungkin kamu anggap aku seperti tidak peduli. Tetapi sesungguhnya aku khawatirkanmu. Aku rasakan perih yang kamu rasakan. Aku merindukanmu, saat-saat kita bermain bersama, belasan tahun yang lalu...

Settle Down - No Doubt


Get get get in line, and settle down
Get in line, and settle down

What's your twenty? (Do you copy?)
Where's your brain? (Do you copy?)
Checking in to check you out
Concerned about your whereabouts
Copy that, you're acting strange
So tell me what is going on
So heavy I bet

I'm fine (and nothing's gonna knock this girl down)
I'm hella positive for real, I'm all good no
I'm fine (and nothing's gonna knock this girl down)
It's kinda complicated that's for sure

But you can see it my eyes, you can read on my lips
I'm trying to get a hold on this
And I really mean it this time
And you know it's such a trip
Don't get me started
I'm trying to get a hold on this

Get get get in line, and settle down
Get in line, and settle down

No big deal (I can handle it)
It'll bounce off me (I can handle it)
Been around the block before, doesn't matter anymore
Here we go again (Are you kidding me?)
Are you insane? (Are you kidding me?)
We're underneath the avalanche so heavy again

I'm fine (and nothing's gonna knock this girl down)
I'm hella positive for real, I'm all good no
I'm fine (and nothing's gonna knock this girl down)
It's kinda complicated that's for sure

But you can see it my eyes, you can read on my lips
I'm trying to get a hold on this
And I really mean it this time
And you know it's such a trip
Don't get me started
I'm trying to get a hold on this

Get get get in line, and settle down
Get in line, and settle down

I'm a rough and tough, i'm a rough and tough
And nothing's gonna knock this girl down
I'm a rough and tough, I'm a rough and tough
And nothing's gonna knock this girl down
I'm a rough and tough, I'm a rough and tough
And nothing's gonna knock this girl down
I'm a rough and tough, I'm a rough and tough

But you can see it my eyes, you can read on my lips
I'm trying to get a hold on this
And I really mean it this time
And you know it's such a trip
Don't get me started
I'm trying to get a hold on this

Gotta get a hold on this
Trying to get a hold on this
Don't get me started
Gotta get a hold on this

Get get get in line, and settle down
Get in line, and settle down

Get get get in line, and settle down
Get in line, and settle down

Sabtu, 25 Agustus 2012

Menghitung Bintang

Apresiasi film Perahu Kertas dan Saat Pertama Aku Menghitung Bintang....

Dee... sudah sedari dulu aku tergila-gila pada karyamu. Pertama, aku jatuh hati sekali pada 'Supernova' jatuh dalam setiap ledakannya. Dan ternyata hari ini, saat perasaanku sukses terombang-ambing oleh film Perahu Kertas, timbul penyesalan yang teramat dalam benakku. Kamu tahu, Dee? Itu karena aku tidak membeli novel 'Perahu Kertas'! Arrrgh, kesal rasanya, aku menyesal sejadi-jadinya, Mengapa aku sampai begitu lalai pada hal penting seperti ini. Mengapa aku sampai melewatkan karya yang teramat istimewa dari penulis favoritku.... Hufth.... Maafkan aku, Dee.... Tapi, tenang Dee, awal bulan depan semoga tersedia budget untuk membeli novelnya... Terlalu banyak hal yang buatku teralih dari dunia yang selama ini kuimpikan, Dee Ya! Aku dulu ingin sekali menjadi penulis... Semoga suatu saat nanti aku bisa sepertimu Dee.      

Oiya, sebenarnya tulisanku adalah aku ingin menceritakan bagaimana aku terpengaruh seusai nonton film. Aku tanpa sadar sering mengangkat kedua jari telunjukku, mengacungkannya, dan memosisikannya di samping dahi, seprti radar yang dimainkan Kugy, hehehe. And do you know? Ternyata korbannya bukan cuma aku, banyak dari beberapa penonton juga melakukan hal yang sama, sambil keluar theater, mereka mengucapkan "Agen Neptunus". Wow! It's amazing. Sampai sebegitunya pengaruh psikologis yang terasa, tertanam dalam benak penonton. Aku jadi tak sabar menunggu honor bulan depan supaya bisa membaca tuntas novelnya...

Ada bagian yang buatku tertawa lucu, bahkan pada beberapa bagian aku merasa geli sekali. Tapi, tapi, tapi ada bagian yang buatku menangis, bahkan sampai kutuliskan ini di blog. Hampir satu pack kira-kira tissue habis. *agak berlebihan memang...

Aku suka sekali adegan saat Noni yang setelah sekian tahun gengsi dan marah, kesal, bete kepada Kugy, kemudian datang ke rumah Kugy, untuk mengatakan maaf, yang akhirnya ia tahu perasaan Kugy yang sebenarnya lewat surat yang tertinggal yang Kugy tuliskan untuk Keenan saat Keenan berulang tahun. Pertemuan mereka... Pertemuan antara dua sahabat yang saling merindu. Pelukan mereka, semacam pelukan tertahan dua saudara yang masing-masing menahan gengsi. Aku tak mampu menahan air mataku. Memalukan memang, mungkin bagi sebagian penonton yang lain itu biasa, tapi bagiku tidak. Itu bukan hal yang biasa. Adegan itu begitu menyentuh. Ada pesan dan kesan yang begitu dalam yang disampaikan di sana. Aku suka.

Dan Dee... Kamu sukses ingatkan aku pada orang yang karenanya, aku dapat kembali belajar tersenyum, bersamanya aku pernah melihat bintang. Ya! Saat itu adalah kali pertamanya aku menghitung bintang.

Malam itu... Kami duduk di satu kursi, pada awalnya sih aku dan dia duduk terpisah, tapi.... Tapi kemudian dia tampak gelisah, mencoba menggeser meja di antara kursi. Aku terheran, dan kutanyakan apa maksud dari yang dia lakukan. Kemudian dia mengatakan, dia cuma ingin duduk berdekatan denganku. Hah? Aku kaget juga mendengarnya, yang akhirnya aku pindah. Aku dan dia berbagi kursi. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Sambil melihat ke atas, dia menghitung langit, aku mengikutinya. Aku saat itu bahagia sekali, aku merasa memiliki sesuatu yang berharga, aku memilikinya... saat itu... dan sekarang dia masih ada, tapi aku kehilangan dia yang seperti malam itu, aku begitu merindukannya... Seperti Kugy dan sahabatnya... begitu manis pelukan itu, aku suka....

Jumat, 29 Juni 2012

Asih

Pada awalnya terasa teramat indah cintanya.
Katanya bumi dan langit menjadi saksi.
Tapi masih dengan bumi dan langit yang sama.
Cintanya entah ke mana

Hari itu, terucap janjinya.
Katanya cintanya hanya untukku seorang.
Tapi setelah kebersamaan itu, cintanya entah untuk siapa.

Cinta diayun perasaan.
Cinta diuji penderitaan.

Cinta, rasa khawatir, rasa rindu, semua bercampur dengan harapan.

Ternyata begitu yang dimaksud asih.
Ternyata begitu yang dimaksud cinta.
Sebelum didapatkan seperti dikejar-kejar.
Setelahnya, kemudian meluntur tajam.

Ternyata begitu yang dimaksud asih.
Ternyata begitu yang dimaksud cinta.
Bahagia saat bersama.
Berpisahnya penuh dengan keperihan.