Labels

daniera (118) kanazawa (7) nada (92) pengetahuan umum (6) profesi guru (1) puisi (16) skripsi (1)

Senin, 28 Desember 2009

Senin Pagi

Hari ini sangat jelas terlihat di mataku, tepatnya saat pukul 04.30...
Kekekarannya yang dulu selalu siap siaga melindungiku,..kini hilang. Kegagahannya berkurang. Tapi bukan ini yang membuatku terharu. Bukan iniyang menyisakan sesak di dadaku. Bukan ini pula yang membuat hatiku bergetaran...
Tapi sikapnya yang selalu menunjukkan bahwa dia adalah pahlawan bagiku. Dia selalu bersikap tegas di hadapanku. Dia selalu berushaa tampil kuat, walaupun sesungguhnya aku tahu dia telah lemah karena telah lama berjuang untukku,... Inilah yang mengukir keharuanku...
Namun ada hal darinya yang membuat dadaku sesak. Sekarang ia begitu merasa rendah, di hadapan orang lain, sepertinya ia tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, bahkan untuk berbicara pun seperti ada hal yang ditutupi, seperti banyak hal yang ia tahan,... Aku takut. Aku takut akulah yang menyebabkan kerendahan yang ia rasakan. Padahal selama 5 tahun terakhir ini aku selalu berusaha menjadi yang terbaik. Tapi,... sepertinya senyum bangganya tak dapat lagi aku rasakan. Bahkan saat ku menjadi yang terbaik, saat ku di puncak, saat orang lain menggriringku, tapi dia tetap merendah, bersikap dingin, atau lebih parahnya lagi mungkin bisa dikatakan dia takut berbangga atas diriku,... Sepertinya kebanggaan karena memilikiku tak lagi ia tunjukkan, entah disimpan, entah memang sudah tak ada lagi rasa itu... Kuhanya berdoa semoga senyum bangganya untukku itu suatu saat muncul kembali.
Atau mungkin yang kulakukan ini tidak berarti apa-apa baginya, kurang mungkin, karena dia berharap aku bisa lebih,...ooohhhh.... Maafkan atas segala kekuranganku dan kelamahan yang membuat diri ini tak bisa menjadi sebaik yang kau harapkan,...
Tapi dibalik rasa dinginmu, disamping rasa takutmu, aku berjanji pasti aku bisa membuatmu bangga memiliki anak sepertiku dengan mempersembahkan yang terbaik untukmu,''' *** (D luph Papa)