Labels

daniera (118) kanazawa (7) nada (92) pengetahuan umum (6) profesi guru (1) puisi (16) skripsi (1)

Senin, 28 Februari 2011

Kita - Sheila ON7

Disaat kita bersama
Diwaktu kita tertawa menangis merenung oleh cinta
Kucoba hapuskan rasa
rasa dimana kau melayang jauh dari jiwaku juga mimpiku

Biarlah biarlah hariku dan harimu
Terbelenggu satu lewat ucapan manismu

Dan kau bisikkan kata cinta
Kau t'lah percikkan rasa sayang
Pastikan kita seirama
Walau terikat rasa hina

Sekilas kau tampak layu
Jika kau rindukan gelak tawa yg warnai lembar jalan
Kita reguk dan teguklah mimpiku dan mimpimu
Terbelenggu satu lewat ucapan janjimu

Gelisah Tak Berarah

Astagfirullah,...

Lafadz itu yang kuulang berkali-kali dalam hati. Hari ini kumerasa gelisah. Yang membuat keadaan semakin parah, ku tak tahu yang sedang kugelisahkan. Tentang skripsi? hal ini sudah kuresahkan sejak Januari 2011 lalu. Tentang siapa? Aku tak tahu, tak dapat menjawabnya. Tentang apa? Ku masih menerka, yang jelas kumemohon ampunanNya, astagfirullah, mengharap ketenangannya. Sambil menunggu waktu solat ashar, kulanjutkan skripsiku. Sulit memang berkonsentrasi saat gelisah tak berarah seperti ini. Lapar? tidak juga, lagipula kusudah menitip makanan kepada temanku. Tentang siapa atau apa, sungguh perkara yang tidak jelas, namun mampu membuat hatiku tak nyaman, tak tenteram, astagfirullah....

Setiap detik, menuju penyelesaian skripsiku, semakin ku menyukai Fisika, namun, berat memang, sulit pastinya, tapi.... Di balik itu semua kubersyukur, kuanggap sebagai teguran agar ku lebih serius dalam menghadapi tugas apapun. Karena jujur, selama ini kuselalu mengerjakan tugas mendekati deadline, bukan terlalu banyak bermain, tapi terlalu santai, kurasa.

Hufth,,,, tentang skripsi yang benar-benar meresahkan. Kata-kata terakhir konsultasi di bulan Januari dengan Dosen Pembimbingku "Tapi, sepertinya tidak ada dosen penguji yang benar-benar mengerti esensi penelitian kamu."
Wewh! Ini menggetarkan hatiku, menandakan penelitianku, skripsiku, sangatlah sulit, tapi sudahlah. Ku harus kembali ke prinsip hidupku, bahwa yang sulit dan complicated adalah kehidupan, bukan matematika, bukan fisika, bukan pula skripsi, karena semua itu adalah mudah.

Mungkin kegelisahanku ini terkait kerindukanku kepada mama dan bapak, hufth. Mungkin. Jarang bertemu. Jarang kuberada di rumah bersama mereka. Dan sekarang, saat ku pulang ke rumah, mereka harus ke Cilacap, hufth, dan mereka pulang ke rumah lagi, saat aku di Pandeglang, hufth.... Mungkin.... Tapi tetap saja, masih penasaran hatiku menerka, logikaku tak sampai, apa seharusnya kumenjalani psikoterapi? hufth, terlalu berlebihan sepertinya..

Minggu, 27 Februari 2011

Sekenang Kedar-kedaran


"Ris takut ga sempat beli oleh-oleh untuk dewi, jadi yg simpel-simpel aja ya".
"mmmmmhhhh, okelah kalo begitu,"

Hilang kontak (selama kurang lebih 2 bulan) dari saat perbincangan itu.

Sampai saat Sabtu, 19 Februari 2011,
Saat Diklat KIR Samakta di kampus tercinta, SMAN 2 Pandeglang,...

Upz, tak terasa ku berada di rumah Alif (salah satu siswa yg les Fisika, Matematika denganku) selama 3 jam, dan jam dinding yang tergantung di paku yang terpatri di tembok ruang belajar menunjukkan pukul 5 sore.

"Kk harus ke Pandeglang Lif, ga bisa lebih lama lagi, maaf ya."
"Hmmm, yoda, gw siap2 dulu ka."

10 menit kemudian, Alif mengantarkanku sampai halte Slipi Jaya. Tidak lama menunggu, meluncur bus Arimbi bertuliskan "Bandung-Merak", yang bertujuan ke Merak. Tanpa pikir panjang, kulangsung memberhentikan dan naik bus itu. Hufth saat di dalam bus, tak kusangka, tanganku langsung pucat kedinginan, AC nya terasa dua kali lebih dingin dari AC bus Merak lainnya.

"Hmmm, mungkin karena ini adalah bus yg berasal dari Bandung, jadi AC nya sengaja dalam kondisi sangat dingin."

Kupaksakan tidur, ternyata tak bisa. Ku ubah posisi jok, sampai hampir posisi rebahan, ternyata tak bisa juga. Yang ada, aku tambah pusing, perlahan, gigiku bergemelutuk, tak bisa kukendalikan, kumenggigil kedinginan.

Bus melaju dengan kecepatan tinggi, alhamdulillah, sesuai dengan yang kuharapkan. Hanya butuh waktu 65 menit untuk tiba diUniversitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang. Turun di depan kampus Untirta, kulangsung memesan kwetiau goreng.
Selesai makan dan solat magrib, ku naik angkot tujuan Pandeglang. Di dalam angkot, ada penumpang yang merokok. iekh, bau sekali. Membuatku sesak.

Akhirnya kutiba di Samakta, kira-kira pukul 9 malam. Lutut ku gemetar, sesuai sms mommy, kulangsung ke ruang tamu sekolah. Seusai salam dan sapa dengan mom, kuterduduk, lemas, tak berdaya, pusing, mual....

Adikku, Andara, "Ma, kenapa teh dewi?"
"Biar, nanti juga ngomong sendiri,"

Setelah mengumpulkan sisa-sisa tenaga, akhirnya kuputuskan bicara.
"Mom, mau ke kamar kecil, dikunci ga?"
"Boleh,kalo gitu mom bukakan kunci ruang guru, mau apa?"
"muntah"

"Oek!" berkali-kali kumuntah....
Semua makanan keluar, mual tak terkendalikan. Bahkan bukan kwetiau saja yg keluar, tapi nasi ayam sarapan pagi pun ikut-ikutan. Hufth, lututku tambah lemas, tapi setidaknya rasa mualku kunjung mereda.

"Kenapa de?"
"Neg, di angkot ada yg ngerokok."
"Tiduran dulu deh, biar materi nya disela istirahat dulu, biara ada jeda untuk istirahat."

Memang, kudatang tepat 20 menit sebelum waktu untuk menyampaikan materi pelatihan karya ilmiah. Tapi ternyata disela istirahat, jadi luamayan, masih ada total waktu 50 menit untuk mengumpulkan kembali tenaga.

20 menit berlalu terdengar langkah kaki yang agak berat menuju ruang tamu, tempat ku istirahat. Kudengar suaranya. Namun, mataku masih terpejam, kumasih ingin memanjakan mataku yg kelelahan juga menahan mual.

"Bu, dewi kenapa?"
"Biasalah Ris, muntah-muntah."
"kok biasa?"
"Iya, kalo naik angkot atau bus ada yg merokok suka begitu, mungkin kecapekan juga, tadi ada kuliah pagi."
"Oh, istirahat aja atuh, tapi nanti materi diklatnya?"
"Bisa katanya, makanya mau tidur dulu. Ris kapan balik lagi ke Bandung?"
"Lusa Bu."

Perlahan-lahan, percakapan itu tidak terdengar, ternyata kubenar-benar terlelap.

50 menit telah berlalu sejak insiden muntah besar-besaran itu,,,,
"teh, teh,..." suara Tami, ketua KIR-Mading terdengar perlahan membangunkanku.
"ya..."
"Udah siap ruangannya."
"Hmmm,,,, nanti siapakan air panas ya,,,"

Kupaksakan masuk ruangan, mencoba yakin, aku dapat menyampaikan materi tentang proposal penelitian dengan baik.
20 menit pertama berjalan lancar, semua peserta terlihat tegang tapi sangat antusias, aku senang. Namun, tiba-tiba rasa mual itu datang lagi, buru-buru aku buat closing statement, membuat simpulan untuk materi yang kusampaikan.

Kembali ke ruang tamu.

"maaf ya tadi, belum sempat sapa, memang lagi 'ngga banget' sikonnya."
"Iya, gapapa. Oiya, Ris bawa oleh-oleh untuk dewi."
"Iya? wah, asik! Oleh-oleh darimana deh?"
"Dari Kuta."
"Yey! Asiiik!"
"Namanya 'Sekenang Kedar-kedaran', hehehe"
"Loh? Sekedar kenang-kenangan kali Ris...."
"Ih, 'Sekenang Kedar-kedaran'!"
"Mmmmhhh,"

Seperti biasa, ku malas memulai perdebatan panjang, dia membuatku senang, tapi merusak kesenangan itu, dengan perdebatan kecil.
Ku tak bisa mengikuti rangkaian acara malam. Badanku memaksaku untuk istirahat. Kutertidur.

Hingga keesokan harinya, setelah mandi di rumah, ku kembali ke sekolah, dan saat itu dia memberikan kotak kecil. Kubuka, dan membuatku 'shock' berat. Ternyata benar, gantungan kunci bertuliskan 'Sekekang Kedar-kedaran', hufth,,, maaf ya, kukira kamu bicara seperti itu hanya untuk membuatku kesal, ternyata serius.

Dibaliknya bertuliskan:
"Aku tidak tahu harus bawa oleh-oleh apa? Semoga saja gantungan kunci jelek buatan Mr. Joger ini bisa kamu terima sebagai tanda bukti bahwa aku masih anu sama kamu"

Aku tertawa melihat tulisan itu, gokil abiz, hahaha.

"Makasih ya"

Tulisan ini, mewakili permohonan maaf karena telah berburuk sangka padamu, terimakasih atas perhatiannya selama ini, terimakasih juga bukunya tentang pengembangan pembelajaran, terima kasih. Mungkin saat itu aku masih 'shock' dan sakit, jadi tidak terucapkan kata terima kasih yang seharusnya pantas kamu terima berkali-kali, dan juga permohonan maaf tentunya.

Maaf, belum bisa memberikan suatu pun tuk balas semua kebaikanmu...

Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki - Sheila ON7

Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas dimataku
Warna – warna indahmu

Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlihat jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki

Sifatmu nan s’lalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku
Dari bunga yang layu

Saat kau disisiku
Kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki

Belai lembut jarimu
Sejuk tatap wajahmu
Hangat peluk janjimu

Anugrah terindah yang pernah kumiliki....

Tegar - Rossa

Tergoda aku 'tuk berpikir
Dia yang tercinta
Mengapa t'lah lama tak nampak
Dirimu disini

Jangankan ingin kutersenyum
Tak ada gairah
Kuingin slalu bersamamu

Kini kuresah
Diriku lemah tanpamu...
ohh....

Gapai semua jemariku
Rangkul aku dalam bahagiamu
Kuingin bersama berdua selamanya

Jika kubuka mata ini
Kuingin selalu ada dirimu
Dalam kelemahan hati ini
Bersamamu aku tegar...

Kini kuresah
Diriku lemah tanpamu...
ohh...

Gapai semua jemariku
Rangkul aku dalam bahagiamu
Kuingin bersama berdua selamanya

Jika kubuka mata ini
Kuingin selalu ada dirimu
Dalam kelemahan hati ini
Bersamamu...

Jika kubuka mata ini
Kuingin selalu ada dirimu
Dalam kelemahan hati ini

Bersamamu...

Aku tegar...

Aku tegar...

Salahkan Aku - Nadila

Kala kusadar apa yang terjadi
Dirimu telah menjauh pergi
Kala kusesali yang terjadi
Semuanya tak mungkin kembali
Semua telah berubah

Salahkan aku yang selalu
Meragukan cinta dan ketulusanmu
Salahkan aku bila kini
Masih mengharap engkau mau kembali
Namun engkau bukan milikku lagi

Kadang ku merasa benci sendiri
Mengapa selalu terbawa emosi
Hanya bertengkar dan bertengkar lagi
Mewarnai hari demi hari
tak lagi damai di hati

Salahkan aku yang selalu
Meragukan cinta dan ketulusanmu
Salahkan aku bila kini
Masih mengharap engkau mau kembali
Namun engkau bukan milikku lagi

Salahkan aku....

Ingin kembali

Maafkan aku...

Ingin kembali...

Salahkan aku....

Selasa, 15 Februari 2011

C3, Memberikanku Banyak Kenangan

Senin 14 Februari, kuharus relakan C3 kesayanganku, memberikanku kenyamanan dalam setiap komunikasi, mengingatkanku pada banyak kenangan. Saat pertama menggunakanmu, tanpa sengaja ternyata sama dengan adikku Cali. Ketika kubawa saat asisten, membuatku lebih percaya diri. Jujur saja, baru kali ini kumenggunakan ponsel yg kameranya mendingan. Teringat saat dengan sahabatku bintang, semangat foto bersama, C3 mengisi keceriaan di antara kami. Saat kurekam video pertunjukkan teater kakakku, saat kurekam keceriaan adikku andara, dan masih banyak lainnya, yang buatku sesak kuharus kehilangan rekaman itu semua, semua momen berharga, akh... tak kuasa jika harus kuingat apa saja yg telah kudapatkan selama 2 bulan ini dari C3...

Tepat kira-kira pukul 08.45,,,, saat langkah pertama kuturunkan dari bus AC16 di depan kampus. aneh, tiba-tiba ada orang di belakangku. Saat turun, kusadar dengan secepatnya, tasku sobek, headset ku tersangkut di ujung resleting tasku, innalillah... dalam waktu 6 detik C3 kesayanganku raib, Hujan begitu lebatnya kulengah karena tangan kiriku sibuk mengurusi payung. Hufth, dengan cepat ku berpikir untuk mengejar, kuberlari sampai ada bajaj. Harapku, hujan membuat copet itu tak segera turun dari bus. Namun, lariku tak begitu kuat, tak begitu kencang, tapi sudahlah.... Kumengejar sampai terminal rawamangun. Takdir, saat kuperiksa AC16 yang juga baru berhenti, tidak ada lagi copet itu.... :'(

Saat kusadar hal itu, tiba-tiba rasa linu yang begitu sakit kurasakan di kedua betisku. Gigiku bergemelutuk, aku kedinginan. Keberlari ke tempat menunggu penumpang. Bajuku basah semua, dingin sekali, sementara itu hujan malah semakin lebat. Kubingung. Akhirnya kulihat ada tempat voucher pulsa, yg kukira wartel. Kutanyakan perdana yg 5 rb, tak ada. Mungkin melihat kecemasan di mukaku, penjualnya dengan segera menwarkan untuk isi pulsa nomornya dan kudapat meminjam handphonenya untuk menelepon.

Yapz bintang kutelepon pertama, karena ternyata saat panik, hanya nomor bintang yang dapat kurapal secepat kilat. Kutelepon, kuceritakan, dia malah lebih membuatku panik, hufth, dasar oma,... Kuminta nomor kk ku rani, dapat. Langsung kutelepon rani, kuceritakan sambil menangis, dengan nada manja kuminta rani menghampiriku di terminal, ternyata rani mau, emang dasar baik. Setelah itu ku sms pamanku yg sedang bertugas dengan nyaman di Singapore, minta nomor kk ku inda, di rumah, hufth, dapat tanpa harus kuceritakan yang terjadi. Kutelepon ka inda, ternyata kumenangis lagi, gara-gara kuingat semalaman kumenangis bersamanya, hufth, dasar cengse. Kainda berpesan, jangan memberitahu mama, krn memang kami tak ingin menambah kesedihannya. HUfth, selanjutnya kainda membuatku tenang, maksih ya ka.

Di tengah tangis dan ceritaku kepada kainda, tepat di depan mataku, Irsyeakan naik angkot, langsung kuteriak sejadi-jadinya memanggilnya, subhanallah,,,,, Menemukannya seperti kumenemukan sesuatu yg buatku sangat tenang. Selesai telpon kainda, kuceritakan kepada Irsye, dan hmpth ceritanya dengan handphonenya dulu membuatku tenang juga, karena atlit yang sekaliber nasional juga ga sempet ngejar copet, hehe,.

Dengan adanya Irsye usah lagi kutunggu di warung voucher yg ga jelas itu, diantarkan ku ke pos polisi di terminal, sambil menunggu rani, kubuat laporan saja. 40 menit kemudian hujan mereda dan rani tiba. Eh, malah ngajaka ke arion, makan. mmmhhh sebenernya gada gairah, tapi sudahlah,,,,,

Perjalanan dari terminal ke arion lumayan penuh perjuangan, harus melewati segumulan tikus hitam jelek. Aku histeris melihatnya, mual melanda, ingin muntah seketika itu juga, tapi kutahan, tak ingin membuat rani khwatir berlebihan. Sampai juga di arion....
Sambil masih merasakan sakit di betisku, kuceritakan semua, bukan C3 yg buatku nangis, tapi bnyak, semua saja kuceritakan.... Dan kumenangis, padahal tadinya lupa, tp rani malah ingetin.
Pinjam ponsel milik rani, ku update status, kulihat di home, dia brgkt ke kampus, namun ku tak sanggup untuk menghubunginya dengan keadaan mataku yg basah, yang ada malah semakin menjadi kumenangis jika kubertemu dia di kampus. Maaf ya, lagipula masih terasa ribet merapal nomor handphone kamu. Yep, kutelpon mommy, dan dia malah tertawakan, katanya "duh, ngapain dikejar? malah kehujanan dan sakit kan? cup,cup,cup". hufth.....