Labels

daniera (118) kanazawa (7) nada (92) pengetahuan umum (6) profesi guru (1) puisi (16) skripsi (1)

Kamis, 29 November 2012

Berawal dari JASSO

JASSO, atau singkatan dari JApan Students Services Organization. Tiba-tiba saja di perpustakaan ITB, sambil menatap langit Bandung yang mendung, saya ingin menuliskan tentang ini...

Semua berawal saat siang tadi saya makan bersama dengan salah satu teman sekelas saya, di jurusan Magister Computational Science. Banyak hal yang kami bicarakan. Sampai kepada topik JASSO. Di Indonesia, JASSO dapat disamakan dengan DikTI atau DikNas, yah semacam itulah.

Kami membahas terkait dengan pendanaan Double Degree Program di Japan yang akan kami jalani, kebetulan teman saya dan saya lulus seleksi :). Mulai dari pelayanan, JASSO terkenal dengan kemudahan akses mendapatkan dana. Tidak pernah dipersulit. Tidak pernah terlambat. Jadi, jika kami mendapatkan pendanaan di Japan nanti dari JASSO, maka kami tentunya tidak akan khawatir saat-saat awal di Kanazawa University.

Setiap kelebihan tentunya ada kekurangan. Beasiswa dari Dikti ternyata sekitar 20rb Yen lebih banyak dari JASSO setiap bulannya. Tapi, tapi, tapi, beasiswa dari Dikti tersebut akan keluar kira-kira setelah 5 bulan di Japan. Whats? Dan 5 bulan awal di sana, dana dari mana? Menghutang tentunya! Hahaha. Agak miris, memang. Padahal terdengarnya masalah sepele, tetapi, tetap saja, yang terkait dari dalam negeri ada istilah 'rapel'. Jadi mungkin kebiasaan yang di turunkan dari orde lama atau orde baru mungkin (loh? kok jadi bahas sejarah). "Mengencangkan ikat pinggang." Atau istilahnya puasa untuk menahan lapar. Demi makan di kemudian hari. Hey! Hello! Sekarang sudah zaman... (zaman apa ya?). Pokoknya bukan zamannya lagi menahan lapar untuk makan di kemudian, menurut saya sekarang zamannya peningkatan gizi untuk mencapai SDM (SUmber Daya Manusia) yang lebih baik lagi! Supaya kita bisa benar-benar ikut berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan! Supaya demo kita tentang #SaveGaza itu tidak cuma angin lalu! Supaya... Ah! Banyak sekali! Memang beda, mental negara maju dengan negara yang cuma maunya maju. Sudahlah, kita lanjutkan.

Sampai pada obrolan tentang salah satu pejabat negara mengenai PPI (Persatuan Pelajar Indonesia). Bahwa pejabat negara tersebut dengan entengnya mengatakan bahwa mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri itu menghabiskan uang negara saja, tidak ada rasa nasionalismenya! Lebih baik dananya dipakai oleh para pejabat untuk kunjungan kerja ke laur negeri! Whats!!!! Membahas itu rasanya saya gondok pake banget.
Pertama, (sepengalaman saya menempuh pendidikan SD s.d. S1) pemerintah itu kurang perhatian, kurang penghargaan kepada yang namanya prestasi yang terkait ilmu pengetahuan. Padahal, padahal.... Bahkan seingat saya, dulu, sewaktu saya SMA, tim Olimpiade Matematika Indonesia tuh sampe telat berangkat untuk Olimpiade internasional gara-gara kelalaian pengurusan administrasi dan dipersulitnya keberangkatan! Bukan oleh siapa2 loh! Oleh bagian pemerintah sendiri! (Nah, bersyukur saya, waktu itu gak kepilih jd tim olimpiadenya, kalo kepilih, bisa-bisa saya gondoknya sampe pindah ke luar aje deh, hehe)

Kedua, biaya perjalanan untuk kunjungan kerja pejabat itu jauh-jauh-jauh lebih menghabiskan uang, dan hasilnya? Tetap! Tetap saja mata uang rupiah lebih rendah dari mata uang negara lain. fufufufu. Tetap saja peniti harus mengimpor. Tetap saja korupsi (ndak usahlah yah, bahas-bahas korupsi). Tetap saja terjadi keningnangan atau kesenjangan ekonomi. Tetap saja, banyaaaaak masalah nya ini Indonesia yang aku cinta.... Tetap saja Timnas kita kalah (loh?) Iyalah, gimana mau main dengan baik kalau semua serba dipolitisi! Lagipula, kunjungan kerja pejabat selama dua minggu kalau dihitung-hitung sama setara dengan biaya hidup pelajar indonesia di luar negeri selama 6 bulan! sekali lagi, 6 bulan! Dan kami (saya jg nanti, insya Allah) mahasiswa / pelajar di luar negeri, gak cuma duduk diem di kelas! Kami aktif melakukan penelitian, kami juga berusaha mengerti culture mereka (negara lain). Kami punya cita-cita, saat kembali, kami dapat membuat Indonesia lebih baik! Itu cita-cita kami! Sedangkan mereka? Entahlah semua sudah menjadi modus, menurut saya.

Ketiga, dan seterusnya mungkin kapan-kapan dilanjutkan lagi, karena saya sudah pegel ngetik, hehe.

Back to JASSO, pemerintah seperti Jepang (dan mungkin negara lain) ternyata sangat perhatian dengan masalah kecil seperti kehadiran mahasiswa asing di negeri mereka. Ada persyaratan minimal apartemen yang boleh dihuni atau disewa oleh mahasiswa asing. Khusus kampus saya, tidak boleh di apartemen murah, karena dikhawatirkan mengganggu konsentrasi belajar mahasiswa. Dan mengenai rapelan? Saya juga gak ngerti kenapa mesti dirapel, jangan-jangan dibungakan dulu, atau didepositokan dulu (Suudzon ya, saya? astagfirullah), entahlah.

Senin, 19 November 2012

Call Me Maybe - Carly Rae Jepsen


I threw a wish in the well
Don't ask me, I'll never tell
I looked to you as it fell
And now you're in my way

I trade my soul for a wish
Pennies and dimes for a kiss
I wasn't looking for this
But now you're in my way
Your stare was holding
Ripped jeans, skin was showing
Hot night, wind was blowing
Where you think you're going baby?

Hey, I just met you, and this is crazy 
But here's my number, so call me maybe
It's hard to look right, at you baby 
But here's my number, so call me maybe

Hey, I just met you, and this is crazy
But here's my number, so call me maybe
And all the other boys, try to chase me
But here's my number, so call me maybe

You took your time with the call
I took no time with the fall
You gave me nothing at all, but still you're in my way
I beg and borrow and steal
At first sight and it's real
I didn't know I would feel it, but it's in my way

Your stare was holding
Ripped jeans, skin was showing 
Hot night, wind was blowing
Where you think you're going, baby?

Hey, I just met you, and this is crazy 
But here's my number, so call me maybe
It's hard to look right, at you baby
But here's my number, so call me maybe

Hey, I just met you, and this is crazy 
But here's my number, so call me maybe
And all the other boys, try to chase
But here's my number, so call me maybe

Before you came into my life I missed you so bad
I missed you so bad... I missed you so, so bad
Before you came into my life I missed you so bad
And you should know that... I missed you so, so bad

It's hard to look right, at you baby
But here's my number, so call me maybe

Hey, I just met you, and this is crazy 
But here's my number, so call me maybe
And all the other boys, try to chase me, 
But here's my number, so call me maybe

Before you came into my life I missed you so bad
I missed you so bad... I missed you so, so bad
Before you came into my life I missed you so bad
And you should know that
So call me maybe

Minggu, 18 November 2012

Don't Rush - Kelly Clarkson

Let's wake up in the afternoon 
Pretend that we got nothing to do 
No we don't have to go back anything 
We can make up our own homes 
I see the way you're looking at me 
Baby know I'm feeling it too 
We can just light up every candle 
Move from room to room 

Stopping every minute just because you're in it 
Wishing everyday was Sunday, you're right next to me 
It's how it's supposed to be 
Just hanging on every touch 
Baby don't rush, no no 
Baby don't rush 

Through the man by the window 
Taking a long way to round 
To a secret place where no one could find us 
Oh the place we can call our own 
Come here and take a picture 
Something we can hang on to 
We can look back and try to remember 
All the crazy we gonna do 

Stopping every minute just because you're in it 
Wishing everyday was Sunday, you're right next to me 
It's how it's supposed to be 
Just hanging on every touch 
Baby don't rush 
Baby don't rush 

Stopping every minute just because you're in it 
Stopping every minute just because you're in it 
Stopping every minute 

Stopping every minute just because you're in it 
Wishing everyday was Sunday, you're right next to me 
It's how it's supposed to be 

Stopping every minute just because you're in it 
Wishing everyday was Sunday, you're right next to me 
It's how it's supposed to be (supposed to be) 
Just hanging on every touch 
Baby don't rush no no 
Baby don't rush (Baby don't rush) 
Baby don't rush

Kamis, 15 November 2012

3 Care, T_T

Kesel sebenernya udah campur aduk deh perasaan di hari selasa, 15 November itu..
Hujan gedeeee banget, alhamdulillah gw udah di dalem plaza semanggi, pake nyasar pula lagi... Semua ini gara-gara patas AC 44 yang gak lewat sudirman, dia lewat slipi, gw gak tau deh, itu tau-tau muncul di mana, gak ngertiiiii....Akhirnya gw turun aja di tol senayan, paraaah...
Dan gw jalan jauhhhh banget dari tol senayan ke semanggi ngelewatin bendungan hilir, hufth...
Rasanya mau nangis aja, tapi gak apa-apa, emang gw yang gak mau bawa motor, padahal udah dizinin, gak tau, rasanya badan lemes banget.
Singkat cerita, gw sampe plaza semannggi dengan kaki gemetaran dan  langkah gontai.... Haus pula.
Ini semua karena 3 care. Karena gw merasa dipermainkan sama 3, sama nomor kesayangan gw ituh, yang udah 4 tahun nemenin gw kuliah dan udah 2 kali ganti kartu, pertama registrasi pascabayar, kedua, karena kartu hilang, kecopetan.
Dan akhirnya, gara-gara si BB gw itu, gw putusin untuk ganti simcard, kadang muncul kadang gak muncul tuh lambang BB di samping lambang 3G gw....
Diledekin sama mas-masnya, gara-gara gw nangis,,,hiks,hiks, gimana gak sedih juga, masa gw harus ganti kartu? haduuuh repot banget kan....

Senin, 12 November 2012

"Kak"

Dia tak memintaku tuk datang.
Tapi aku tak kuasa menahan langkah kaki, menujunya.
Ada semacam sesak yang tertahan, seminggu lamanya.
Sesak itu dimulai saat aku harus pergi, tidak berjumpa dengannya.
Kemudian baru aku tahu, itu yang dinamakan rindu.
Tapi aku coba menepisnya.
Aku, tak mungkin miliki rasa yang selembut itu.

Pintu dibukanya.
Ah, senangnya aku saat itu.
Ia menyambutku dengan sumringah.
Senyumnya yang bekaskan kesejukan dan surutkan sesak.

"Kak"
Ada ketentraman saat dia sebutkan kata itu.
Kemudian dia ceritakan banyak hal, padaku.
Saat itu waktu terasa berjalan begitu cepat,
padahal aku masih ingin berlama bersamanya.

Sampai ketika pembicaraan terhenti pada satu hal.
Buatnya menitikkan air mata.
Aku terdiam, tak mengerti apa yang harus aku lakukan,
padanya yang panggil aku 'Kak'.
"Aku merasa seperti tidak punya sesuatu."
"Hei! kamu punya aku!"~ tapi itu hanya teriakku dalam hati.
Aku masih diam memperhatikan setiap detailnya.

Aku berusaha menggerakkan tanganku,
tapi hanya sebatas memegang punggung tangannya.
"Aku tak seperti Kakak yang punya semangat untuk mendasari semua."
Kemudian air matanya menderas.
Tak kuasa aku melihatnya.
Hampir saja aku ikut terlarut dalam tangisnya.
Tapi untungnya tidak.
Aku masih dapat membendungnya.
Sudah lama sekali aku tak merasakan ini.
Ada getaran, ada sesak, ada haru, ada candu...

Aku yang sebenarnya tergugup menghadapinya saat itu.
Coba usap lembut punggung tangannya.
Mungkin itu tak berarti baginya.
Hanya itu yang bisa aku lakukan.
Inginku sungguh memeluknya dengan eratnya.
Menghapus air mata di wajahnya dengan lembutnya.
Tapi aku tak juga bergerak.
Aku tak berani.
Aku takut salah.
Dia sudah menjadi terlalu istimewa di sini, di hatiku.

"Jangan menangis lagi."
Akhirnya aku dapat berkata walau terbata.
"Aku tidak menemukan sesuatu yang buatku semangat melakukan apapun, Kak."
Dia kemudian melanjutkan bicara di antara isaknya.
"Memangnya kamu mencari apa?"
Aku tak tahu lagi, mengapa pula aku harus bertanya.
Aku terlalu kaku saat itu, kuakui.
"Aku tidak tahu, Kak."
Dia mengusap air matanya dengan tangan kirinya.
Sedangkan tangan kanannya masih kugenggam.

"Bagaimana kita dapat mencari sesuatu sedangkan kita tak tahu apa yang kita cari..."
Ah, aku semakin kesal pada diriku sendiri.
Mengapa pula aku malah menceramahinya.
Aku menyesal saat itu.

Sampai air matanya mereda, aku tersadar pada satu simpulan.
Aku begitu menyayanginya.