Labels

daniera (118) kanazawa (7) nada (92) pengetahuan umum (6) profesi guru (1) puisi (16) skripsi (1)

Minggu, 26 Juni 2011

Saat Hancur Lebih dari Berkeping

Saat itu ku tengah hancur,
Saat itu ku begitu tegang,
Saat itu ku begitu bingung,
Saat itu ku tahu ku gagal,
Dan keadaan di perparah karena
Saat itu, saat yang bersamaan...

Saat ku tahu kamu tahu...
Saat ku tahu ku telah sakiti kamu...
Tak hentinya ku menangis.

Saat ku dengar nada kecewamu...
Saat ku tahu kamu kesal...
Saat ku tahu kamu menyesal, mungkin menyesal telah kenal aku, ahhh
Aku tidak tahu sesalmu sampai mana, yang jelas kamu kesal padaku...
Tak hentinya ku hubunngi kamu...
Tapi kamu tidak balas sms ku satupun...
Aku makin hancur...

Saat akhirnya kamu mengangkat telponku,
Saat kamu katakan 'lagipula hal itu tidak penting'
Saat itu ku semakin yakin padamu,
Kamu benar-benar kesal padaku,
Tak ingin dengar suaraku,
Malas membaca semua sms ku...
Hhhhh, dan aku makin hancur,
Ku hancur lebih dari berkeping...

Sampai saat terpikir hal itu di benakku,
Sampai saat ku bertekad lakukan itu,
Sampai kuputuskan tuk akhiri ini semua,
Sampai pada akhirnya ku benar-benar inginkan mati...

Namun apa daya, waktu begitu cepat berlalu,
Tindakanku yang kata banyak orang adalah hal bodoh,
Terlihat oleh kakakku....
Semua, sejak saat itu tak hentinya kumenangis,
Terisak....

Ah, aku memang bodoh,
karena kulakukan suatu yang mereka sebut hal bodoh..
aku hanya ingin dapatkan maaf mu,,,

Tapi, saat di bus sore itu,
Saat ku masih dalam perjalanan menuju kampus,
Saat ku baca sms darimu,
kamu tuliskan,
"Don't tell me your sorry coz you're not"
Hhhh,,,,seperti ada yang menusuk dadaku saja saat itu,
Tiba-tiba napasku sesak,
Air mataku pun kembali mengalir dengan derasnya,
Aku sudah tidak peduli,
Aku tahu beberapa penumpang AC16 Rawamangun-LebakBulus
perhatikan kumenangis.
Ahh, aku tak peduli,
yang jelas aku tahu itu adalah potongan lirik "Take A Bow" Rihanna

Dan jika benar itu yang kamu tujukan untukku,,,,
Aku merasa semakin terpuruk,
Aku benar-benar minta maaf,
Tapi kamu tak ingin dengar maafku,
Karena kamu anggap aku tidak niat meminta maaf.

Cali.... Aku malu,
Aku malu sungguh malu tuk katakan sayang ataupun rindu,
karena ku sakiti kamu,
tapi tak apa, ini hukuman untukku karena telah sakiti kamu,
tapi keadaanku saat ini sedang hancur,
dan kejadian kemarin memberikan ketakutan yang besar bagiku,
kutakut kamu benar-benar tak inginkanku lagi,
dan kejadian kemarin saja sudah cukup buatku tak sanggup bangkit
ya, ku tak sanggup bangkit dari kehancuran,
sampai sempat terpikir yang kata banyak orang adalah hal bodoh,
maafkan aku, maaf...

Sesungguhnya telah kusakiti diriku sendiri karena kusakiti kamu...

mycare.py

from math import *
def f(x):
      zf=x
      return zf

def g(y):
     zg=abs(sin(x))
     return zg

#Main Program-1
Print ('Calculate my love to PFR09')
a=0
b=takhingga
sigma=0
iterasimaks=c
c=1000000
h=(b-a)/c
aa=a
for i in range (c):
     aa=aa+h
     sigma=sigma+((f(aa)+f(aa+h))*(h/2))

#After run module, program can't stop...
#Like my love to you, all of PFR09, can't stop...
#But, it would closed if you kill the running program...
#Like me and my love, will stop if you kill me...



#Main Program-2
Print ('Calculate my care to PFR09')
a=0
b=takhingga*pi
sabar=0
iterasimaks=c
c=1000000
h=(b-a)/c
aa=a
for i in range (c):
     aa=aa+h
     sabar=sabar+((g(aa)+g(aa+h))*(h/2))

#After run module, program can't stop...
#Like my care to you, all of PFR09, can't stop...
#All of values of integral are positive, but yeah...
#You know, I am an ordinary person, nothing special with me...
#So, sometimes you may suppose me as impatient person,...
#Whereas deep in my heart, my patient to you, nothing get an negative values...
#I'm sorry for all my mistakes, for everything I just couldn't do as your lecturer assistant...
#It's hurt when I know one of you or all of you get difficult to pass final exam...
#Sorry...

Minggu, 19 Juni 2011

Nur Eka Oktaviani

19 Juni 2011, bertepatan dengan ulang tahun adikku Dinah Rahmayanti, juga bertepatan dengan audisi nyanyi adikku Luthi Thalutya,....

Sore di sela kesibukan menyusun skripsi yang buatku penat dan buatku mulai tak waras..., ku teringat pembicaraan kita saat di motor siang itu. Kurang lebih seperti ini:

N: Kak, aku sebenernya udah nyerah sama Gelombang, UAS nanti aku cuma bisa pasrah.
D: Kok bicaranya seperti itu?
N: Iya kak, sama sekali gak ada yang aku ngerti kak.
D: Yaudah, nanti kita belajar bareng aja, lumayan masih ada sisa waktu. Pokoknya, nanti kamu harus tanya ke kakak, mulai dari awal semester, mulai dari awal perkuliahan, gak mau dengar kamu gak siap UAS lg seperti yang sekarang ini, Oke, neo sayang!
N: Iya kak. Sebenernya kak, di semester ini bukannya aku gak mau tanya sama kakak, tapi...
D: Tapi? Tapi apa? Takut?
N: Iya, aku takut sama kakak, takut, karena kesan yang kakak kasih dan yang terekam sama aku tuh kakak jutek banget, apalagi sewaktu kakak jadi asdos Pemrograman.
D: Maaf....

Mendengar itu, ku hanya dapat berucap maaf berulang kali dan menggenggam lengan kirimu, adikku, sekali lagi maaf. Sudah kuceriatakan alasanku, mengapa aku yang dulu bersikap seperti itu. Kuharap kamu mengerti. Jujur, ada rasa yang menusuk di dadaku, saat kamu berucap tidak mengerti. Bukan karena apa, melainkan ku pun pernah rasakan ketidakmengertian. Dan itu buatku sakit kepala, buatku pusing, mual, dan anemia. Teringat saat dulu kuambil mata kuliah Fisika Matematika, ada bagian yang tidak kumengerti namun tugas harus selesai saat itu juga. Teman-temanku banyak yang berharap padaku, berharap kubisa mengerjakannya, berharap kubisa menjelaskannya kepada mereka, dan berharap pada akhirnya mereka juga mengerti.

Tapi,... Sampai malam di kosanku, ditemani kakakku Iqtarani Fauziah, yang dengan setia dan sabarnya mendengar ocehanku, rengekanku, dan bahkan tangisku saat tak bisa kuselesaikan operator matematika, saat kudapat jawaban yang berbeda dari yang seharusnya. Dengan sabar dia cek pekerjaanku, dengan tekun dia coba mengerti apa yang kutulis, dengan teliti ia rangkai kembali pemahamnku untuk kemudian ia pahami, sampai pada akhirnya ia temukan kesalahanku, seperti biasanya, salah hitung atau ada bagian yang terlupa untuk dihitung. Mmmmhhh, dia memang salah satu kakak terbaikku. Cerdas, pintar, sabar, dan satu hal yang tidak kalah penting, banyak duit, hehehe (piss ya kk Rani).

Kurasakan hal itu di mata kuliah Metode Numerik, namun kubisa bertanya pada siapa? Kucoba tanya kepada kakak tingkat. Pertama mereka bilang "duh Dewi, kk kan gak ambil Metnum, kamu coba tanya sama yang ambil metnum." Kemudian kucoba tanya kepada yang lain, "Duh, Dewi, kamu sama kakak ya pinteran kamu lah, lah wong kamu asdos Pemrograman, kok malah tanya kakak"

Hhhufth... Dengan kakak tingkat memang ku boleh dibilang dekat, tapi aku tidak hendak lagi bertanya mengenai kesulitan mata kuliah kepada mereka, entah apa penilaian mereka padaku, bahkan ada yang merasa tersinggung atau merasa aku test jika kutanya pada mereka, jadi, kucoba tuk belajar sendiri, kucoba tuk mengerti, kucoba sendiri, dan kuyakin kubisa, lagipula kumasih punya Rani,,,

Ya, begitulah kulewati masa-masa kuliah semester 3 sampai semester 5, ada banyak hal yang kadang-kadang harus kuperjuangkan sendiri, tanpa rani, tanpa siapapun, karena memang mereka tidak bisa dan aku tidak memaksa... Rasa tidak mengerti itu sungguh tak nyaman, dan dalam ketidakmengertian itu, aku bersyukur, masih diberikan rasa penasaran untuk selalu mencoba hingga pada akhirnya ada banyak hal yang dapat kumengerti, hingga akhirnya kuraih nilai yang baik.

Itulah mengapa kumerasa kubersalah telah buatmu takut bertanya padaku, maaf, sekali lagi maafkanku. Mudah-mudahan sekarang kamu sudah berani bertanya padaku ya, adikku sayang. Tanyakan saja semua hal yang ingin kamu tanyakan, aku akan berusaha mencoba menjawabnya, jika kubisa. Jika tidak, ya kita bahas bersama saja, apapun yang ingin kamu tanyakan, ya, apapun...

Kemudian teringat kata-katamu, "Kak, kita kan belum ngebolang bareng ya, yang kita rencanakan itu, kak"
"Oh ya? iya,ya. Kan kamunya masih UAS...". "Kak, kalo jadi, aku maunya jalan-jalan ke museum ya kak, aku gak mau ke mal, museum keramik aku belum tuh kak, hehehe " "Oke!"

Kuterenyuh, begitu inginnya kamu 'jalan-jalan' denganku, adikku.... Kumerasa berarti, ya, bersamamu kemerasa berarti, terimakasih telah bersedia masuk ke dalam kehidupanku yang kata sebagian orang cukup rumit, yang kata sebagian lagi redup, yang sebabkan banyak yang takut tuk masuk ke dalamnya....

Ingat saat pertama kamu sms tanpa sertakan nama,...
N: Hai kakaknya... ^^
D: Ya? siapa nih?
N: Ayo, coba tebak, siapa?
D: Duh, siapa ya? yg pasti adik kelas, iya kan? hehe
N: Ayo, siapa yang suka manggil kakanya ke kakak?
D: (Bingung, saat asLab Fisika Dasar, hampir satu kelas, Kimia 09 memanggilku 'kakaknya' langsung terpikir banyak wajah Kimia 09, mereka yang suka iseng dan meledekku) -_-' Hmmmm,,,, yang ngajak nonton Breaking Down bareng? penggemar Edward Cullen ya?
N: Oh, ternyata kakaknya ini penggemarnya Edward toh?
D: Loh? trus siapa dah ini? Hmmm yang ngajak karaokean? hehehe
N: Duuuh, kakaknya, aku yang request tulisan kakak, -_-' hikz
D: (Langsung terpikir Neo, karena saat itu kumerasa dia sudah menjadi fans nya Daniera, nama penaku dan nama blog ku ini, ^_^) Upz, jangan marah dan sedih ya, kk kan bingung bagaimana caranya agar kamu tahu bahwa kau lebih dari indah di hati ini...
N: Hhhh, aku hampir meleleh, si kakak bisa aja.....

Aku senang, karena kamu suka dengan tulisan-tulisanku di blog ini, blog ku ini jarang ada yang membacanya kalo tidak ku meminta mereka untuk membaca, biasanya teman sekelasku, atau mommy, atau kakak-kakakku... Suatu anugerah yang besar, kubersyukur, alhamdulillah, kamu mau membaca blog aku, bahkan kamu suka postingnya, sungguh hal yang tak kusangka.... :)

Suatu hari, kamu bilang "Kak, tuliskan tentang bagaimana rasanya memiliki kakak perempuan, aku gak punya kakak perempuan kak"

Hmmm,,,, Kemudian kamu mention aku di twitter, "Terimakasih kak, kini aku tahu bagaimana rasanya punya seorang kakak perempuan." Aku bingung, memangnya posting yang mana yang kutulis sesuai dengan request yang kamu minta, tapi terlepas dari itu, aku senang jika memang kamu suka dan senang. alhamdulillah, padahal aku merasanya belum menuliskan sesuatu tentang kamu....

Sore ini, sampai mendekati waktu magrib kumenulis ini, ku sadari rasaku untukmu berubah, bukan lagi rasa suka seorang Daniera kepada penggemarnya yang juga ia gemari, karena kamu juga penulis. Ya, telah lebih dari itu, adikku.... Kini, ku sayangi kamu, bahkan sangat sayangi kamu, kini kukhawatirkan kamu, tak bisa tak peduli,...

Namun, aku takut, aku tak bisa kendalikan sayangku untukmu, hingga menjadi begitu besar, hingga menjadi kebergantunganmu, hingga buatku tak berdaya... Aku takut kamu akan bersikap sama seperti temanmu, yang juga sangat kusayangi, yang kini sangat kurindukan, ya, kini dia sedikit acuhkanku, kini dia menjauh dariku, kini kumerasa tak berarti lagi di kehidupannya, entahlah, aku takut kamu seperti dia, karena menahan rasa rindu adalah hal yang sulit, lebih baik kamu memintaku tuk buatkan program numerik daripada harus menahan rindu lebih lama lagi, dari pada harus diacuhkan, daripada harus dijauhi, daripada,...

Ahhhh, terserah, aku tidak mau membandingkan kalian, aku hanya tidak ingin kamu sepertinya yang sekarang, yang jauhi aku yang sudah terlanjur sayanginya dengan keterlaluan, hanya itu. Lagipula aljabar cinta berbeda dengan aljabar matematika, kata-kata yang kukutip dari dosen sewaktu kuliah Agama Islam. Setiap bertambah orang yang kusayangi, semakin besar semakin tebal hatiku, jika diibaratkan buku, kalian masing-masing satu lembar, semakin banyak adikku, buku hatiku semakin tebal, semakin banyak rasa cinta, sayang, kasih, peduli, menurutku seperti itu, Saat kamu datang dan hadir dalam kehidupanku, bukan berarti sayangku untuk mereka berkurang, tidak berkurang malah.

Ahhh,,,aku tidak mau menuliskan lebih banyak lagi, biasanya mereka yang tidak suka Daniera akan mengatakan aku gombal, aku bilang 'biarin' yang penting aku sayang kamu... Ya, mungkin banyak penulis  puisi yang gombal, tapi tidak denganku! Apa yang kutulis insya Allah tulus dari hatiku, adikku sayang...


Ruang hati hanya dapat ditempati oleh hati.
dan hatiku telah terisi.
Ya, terisi oleh hatimu. 
Semoga hatiku dan hatimu selalu terjaga,
selalu terikat, selamanya.

Kk sayang neo, ^_^
Terimakasih sudah suka tulisan Daniera....
Terimakasih sudah mau masuk dalam hidupku yang redup....
Kini, keredupan itu berkurang karena ada tambahan cahaya yang kamu bawa,,,,

Kangen Cali

kangen cali, kangen cali, kangen cali.
kangen cali, kangen cali, kangen cali.
kangen cali, kangen cali, kangen cali.
kangen cali, kangen cali, kangen cali.
kangen cali, kangen cali, kangen cali.

Saat kutuliskan judul, kubingung hendak tulis apa di bagian postingnya, yang jelas ku kangen cali, kangen cali, kangen cali, kangen cali, kangen cali. Kubuka dan kubaca semua posting blognya, tuk obati kekangenanku itu, ada beberapa komentarku di postingnya, ternyata itu malah menambah kerinduanku.

Kubersedih, saat ku mengingat masa-masa itu, ya, masa-masa itu....
Sedihku, karena kumenyadari kamu menjauh dariku,
tak ada lagi cerita,
tak ada lagi sapa,
tak ada lagi peluk,
tak ada lagi ceria,
tak ada lagi tawa bersama,
tak ada lagi tangis manja,
tak ada,...
dan kurindu semua tentangmu...

Ingat saat kamu nyanyikan lagu BCL, ingat saat kamu minta ditemani di BEMF, ingat saat kamu menangis panik di bawah jembatan jalan jenderal Sudirman, ingat saat kamu merengek, ingat saat kamu salah tingkah, ingat semuanya, semua detail tentang kamu, tentang kita yang kita lalui bersama, ingat semuanya, adikku....

Cali, aku kangen kamu, jujur saja saat ini kumerasa tempatku di hatimu cuma sedikit, berbeda dari yang dulu, ya, berbeda.
Dulu kamu bilang 'Hariku terasa kurang, ternyata karena belum sms kak Dewi'
Sekarang, menjadi harapan yang besar kamu sms ku sekadar menyapa.
Dulu kamu bilang 'Udah dua hari kk gak sms aku'
Sekarang, bahkan dua minggu pun menjadi tidak masalah buatmu.
Inginku percaya kamu sayangiku, tapi kutakut karena faktanya seperti itu.
Setiap ingatmu tak kuasa menahan air mataku, karena ku khawatirkan kamu, terlalu khawatir malah, entahlah, aku memang terlahir sebagai anak bungsu, mungkin karena kubahagia bisa dekat denganmu, bisa menjadi kakakmu, tetapi ada rasa ingin memilikimu,...

Atau aku saja yang tidak tahu, ahhh,,, aku bingung, aku berharap bertemu. Saat bertemu, kamu hanya panggil namaku, berbeda dari yang dulu, yang dengan cerianya menyambutku, menghampiriku, memasang senyummu, ahhh,,, lagi-lagi ku mungkin tidak mengerti kamu,,,,,

Mungkin aku saja yang tak pantas menjadi kakakmu, atau seharusnya dari dulu saja, ku resign, aku tidak mengerti mengapa menjadi serumit ini, andai saja dulu, saat kuliah Pemrograman kamu tidak pernah menyapaku, mungkin jadinya tidak seperti ini, mungkin smeua akan seperti biasa-biasa saja, dan aku akan menjadi kak Dewi yang dingin, acuh, tak peduli, tak punya rasa, tak punya sayang. Semua itu kudapat saat kukenalimu, saat pertama kali kamu beritakan yg terjadi padamu saat Pemrograman dulu, yg aku juga tak mengerti, ada rasa penasaran mengenaimu, hufth... sudahlah

Ahhh,,, kali ini aku tak bisa menulis yang baik, tak bisa menulis dengan bagus, kurasa tidak apa-apa, toh ini adalah blog aku sendiri, tak ada yang melarang kumenulis apapun. Tak apa, lagipula, kumenulis posting ini, hanya ingin ungkapkan ku kangen cali, kangen sangat kangen,,,,, Hingga hanya mengingat saat kamu memelukku saja dapat buatku menangis, payahnya aku....

Sabtu, 18 Juni 2011

Aku Rindu Caramu

Aku rindu caramu membuatku tersenyum
Saat hari ku kelabu
Aku rindu caramu tertawa riang
Saat kau datang menyambutku

Aku rindu semua perhatianmu
Aku rindu caramu menjaga diriku
Aku rindu semuanya tentangmu

Engkau dan aku
Tercipta untuk jadi satu
Engkau dan aku
Ku kan selalu jadi milikmu

Walau waktu berputar
Cinta kita ‘kan bersinar selamanya
Aku rindu semuanya tentang kamu

Aku rindu caramu menahan diriku
Saat ku ‘kan pergi jauh
Aku rindu caramu membuatku cemburu
Tuk dapat perhatianku

Aku rindu caramu memanjakanku
Aku rindu caramu meyakinkan aku
Saat aku merasa ragu

Engkau dan aku
Tercipta untuk jadi satu
Engkau dan aku
Ku ‘kan selalu jadi milikmu

Walau waktu berputar
Cinta kita ‘kan bersinar selamanya
Aku rindu semuanya tentang kamu

Walau waktu berputar
Cinta kita ‘kan bersinar selamanya
Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu

Semuanya tentang kamu

Kamis, 16 Juni 2011

Kamu Acuhkanku

Kamu pergi tanpaku, padahal dua kali kita lakukan hal itu bersama, rindukan kamu yg merengek, yg manja, yg juga rindukanku. Kini, kamu pergi tanpaku, ya, tanpaku dan kamu bisa. Sekali kamu katakan rindu krn ku yg meminta. Sebegitu tidak berharganyakah aku di matamu kini? Saat ada kesempatan bertemu,ku senang, tp kamu dgn mudahnya membatalkannya,ku bersedih, tapi tidak mungkin kumarah padamu, ku terlalu sayang kamu.

Rabu, 15 Juni 2011
11.30
D: Iya nih, baru mau berangkat, kamu jangan pulang dulu ya, sayang.
C: Siapa yang mau pulang? Aku emang ada kuliah. Bilang aja pengen ditungguin.
D: Iya,iya, ketemuan di mal Arion aja yukz?
C: Ngga ah, di kampus aja.
D: Hmmm, kok gak mau?
C: Di kampus aja, males ke Arion.
D: Yoda, siap-siap dulu, sebentar lagi berangkat.
C: Yoda, aku juga mau makan dulu.
D: Oke.

13.00
C: Eh, aku mau pulang duluan yakz, gak marah kan?
D: (bingung mau berkata apa, ada rasa kecewa)
C: Gak apa-apa kan? Capek banget nih, lagipula ternyata dosennya nggak masuk.
D: Emangnya udah bosen nunggu ya? Satu jam lagi?
C: Hah? Satu jam? Duh, udah gak mau nunggu. Capek. Gak apa-apa kan? Ketemunya besok aja ya.
D: (menarik napas dalam-dalam) Iya, terserah kamu aja.
C: Gak marah kan?!!
D: Iya, ngga marah kok. Hati-hati ya di jalan.

Kamis, 16 Juni 2011
Aku tahu kamu pergi tanpaku. Kamu pergi sendiri. Ya, tidak apa, sungguh tidak apa-apa. Lagipula aku yang rindukan kamu, bukan sebaliknya. Kuteringat saat ku benar-benar rindukan suara kamu, ku tidak bisa menahan untuk tidak telpon kamu, tapi....
D: Eh, C....
C: Ya? Knp?! Ada apa, apa?
D: Kangeeen....
C: Trus?! (dengan nada sedikit tinggi)
D: Kangeeen banget...
C: Iya, trus?!?
D: Maaf ya...
C: Lah! Kok malah minta maaf sih?
D: Iya, habisnya kamu terdengar tidak suka aku telpon, maaf kangennya sudah keterlaluan.
C: hhhhh (-_-') Aku lagi kepanasan, jadi males nerima telpon apalagi yang gak penting.
D: Iya, maaf udah ganggu kamu yang lagi kepanasan. Cuma mau bilang kangen aja kok.
...... (telpon diputus)

Hmmm,,,,, kumerasa diriku sudah tidak istimewa lagi di matamu. Apa sayangmu hilang bersama dengan layunya mawar itu? Atau aku yang tidak mengerti kesusahan yang sedang kamu alami? Apa kamu sudah bosan denganku? Atau aku saja yang tidak peka dengan masalah yang kamu hadapi?
Entahlah, yang jelas kurindukanmu.
Kurindukan rengekanmu.
Kurindukan suaramu.
Kurindukanmu, sungguh-sungguh rindukanmu.
Kurindukan saat-saat kamu perlakukanku dengan istimewa,...
Aku saja mungkin yang tidak bisa memahamimu lebih.
Sampai saat ini, saat kuingat itu semua, buat napasku sesak, dadaku sakit.

Tapi, hari ini, godaan untuk menelponmu sungguh besar. Aku coba bertahan. Aku tidak ingin kamu merasa terganggu oleh telponku. Yah, walaupun sudah lama sekali tidak bertemu, sudah lama sekali....

Atau mungkin kamu...
Ah, sudahlah,
Mengapa ku selalu pikirkan kamu padahal aku tidak ada dalam pikiranmu.
Mengapa ku selalu rindukan kamu padahal kamu sedikitpun tak rindukanku.
Mengapa ku selalu ingin menyapa kamu, padahal kamu acuhkanku.
Mengapa, mengapa, mengapa aku sayang kamu dengan keterlaluannya....

Immortality - Celine Dion

So this is who I am
And this is all I know
And I must choose to live
For all that I can give
The spark that makes the power grow

And I will stand for my dream if I can
Symbol of my faith in who I am
But you are my only
And I must follow on the road that lies ahead
And I won't let my heart control my head
But you are my only
And we don't say goodbye
And I know what I've got to be

Immortality
I make my journey through eternity
I keep the memory of you and me inside


Senin, 13 Juni 2011

Do Something - Britney Spears

[Intro]
Do you feel this
I know you feel this
Are You ready?
I dont think so


Born To Make You Happy - Britney Spears

I'm sitting here alone up in my room
And thinking about the times that we've been through (oh my love)
I'm looking at a picture in my hand
Trying my best to understand
I really want to know what we did wrong
With a love that felt so strong
If only you were here tonight
I know that we could make it right


Minggu, 12 Juni 2011

Words - Boyzone



smile an ever lasting smile
a smile can bring you near to me
don't ever let me find you gone
'cause that would bring a tear to me
this world has lost its glory
let's start a brand new story
now my love
you think that I don't even mean
a single word I say

Kamis, 09 Juni 2011

That Should Be Me - Justin Bieber



Ouuuuuuu
ouuuuuuuu

Everybody's laughing in my mind,
Rumors spreading 'bout this other guy,
Do you do what you did when you
did with me?
Does he love you the way I can?
Did you forget all the plans
that you made with me?
'cause baby I didn't!

Mencari Alasan - Exist (Indonesia Version)

Iklasnya hati sering kali disalah arti
Tulusnya cinta tidak pernah engkau hargai
Berlalu pergi dengan kelukaan ini
Ku mengalah ku bersalah

Selasa, 07 Juni 2011

Dia Tidak Suka Daniera, Dia Juga Tak Anggap Dewi!

Harusnya aku menyadari hal ini dua minggu yang lalu, saat dia, orang yang sangat kusayangi katakan "Aku gak begitu suka Daniera". Namun, aku masih saja berharap dia suka dengan semua yang kutulis. Setelah berlalu dua minggu, dia tidak juga menyapaku. Ada apa gerangan? Hmmm, salah satu penggemar Daniera memberikan saran kepadaku, "Setiap orang punya kesibukannya masing-masing Ka, jadi marilah kita mengerti."

Oke, akhirnya tuk obati kerinduanku yang memuncak kembali kubuka posting-posting lama di blog Daniera Erka Wilarka ini. Hmmm,,,, ternyata banyak posting yang kubuat tentangnya, banyak, bahkan lebih dari yang kukira, mungkin karena aku pengecut, :(

Suasana merindukannya ternyata diperparah oleh salah satu adik tingkat, dia suka dengan kalimat yang kutulis dalam posting yang juga untuknya, untuk orang yang sangat kurindukan itu. Hhhh, Uswaaa, harusnya kamu tahu, dengan menuliskan kalimat-kalimat itu di FB buat dadaku rasakan linu karena kerinduanku padanya bertambah. Tapi tak apa. Aku senang bila ada yang suka dengan tulisanku. Aku senang bila mereka suka dengan Daniera, tidak sepertinya, yang tidak begitu suka. Ya, aku senang bahkan ada yang sampai terbawa haru, terbawa sedih, hanyut dalam cerita yang kutulis, setidaknya tulisanku hidup. Ya, tulisan yang miliki nyawa di mata mereka yang menikmatinya. Walaupun tujuan awalku bukan untuk mengajak mereka bersedih, tak lebih dari sekedar menghibur.

Cukup Daniera, sosok yang mengetahui kesedihanku yang dalam, kerapuhanku yang berkeping. Dengan sosok itu aku bisa terlepas dari formalitas di kehidupanku. Aku bisa mengingat hal menyenangkan dan menyedihkan sekaligus. Aku dapat menangis dengan nyamannya. Aku dapat terisak dengan sepuasnya. Tanpa pedulikan image sebagai Asisten Dosen Fisika Komputasi, tanpa hiraukan image sebagai Mahasiswa tingkat akhir, hfthhh.....

Namun, ternyata dia, adik yang keterlaluan kusayangi tidak suka dengan Daniera. What's? Oh no! Tak apa kupikir. Lagipula bagus, yang dia inginkan adalah sosok diriku sebagai Dewi Muliyati. Sampai sini, aku lega. Selama dua minggu ini tak menyapaku ada dua perkara. Pertama, dia sama sekali tidak rindukan aku. Dan yang kedua, dia baik-baik saja. Tidak ada hal yang buatnya tak nyaman. Jadi teringat postinganku saat masih penelitian tahap-1 di Pandeglang.

Aku bersyukur dia baik-baik saja, karena tak berikan kabar padaku, aku bersyukur dia tak menyapaku, karena artinya dia senang. Namun, sedihku adalah dia tidak rindukanku. Rinduku bertepuk sebelah tangan! Teringat tulisanku yang berjudul 'Sadarku, Ku begitu Menyayangimu'

'Ku selalu mendoakan agar kamu tak pernah rasakan sepi, agar kamu selalu bahagia, agar kamu selalu ceria, agar kamu selalu mendapat perlindungan Allah swt., agar kamu tak pernah sedih, agar kamu tak menangis,...

Walaupun itu berisiko kau lupakanku.... Tak apa, bagiku, perkara dilupakan sudah biasa.
Karena ada hal yg lebih penting,
Aku takut kamu sedih,
Aku takut kamu sakit,
Aku takut kamu pergi....'

Namun saat kubaca posting-posting nya di blog, tidak kurasakan keceriaan di sana, tidak kurasakan semangat yang menggebu (seperti saat kukenal dia), kurasakan ada suasana melankolis di sana. Tak sampai di sana, kubaca update statusnya di FB, kubaca semua history-nya, tandakan ada kesedihan yang dia alami.

"Bagaimana kita dapat mencari sesuatu yang kita sendiri tidak tahu sesuatu yang kita cari itu, adikku?"

Bahkan dalam kondisi seperti itu, dia tak berikan kabar padaku...
Aku terluka, terluka karena rasakan rasanya, dan terluka karena kini dia tak lagi istimewakanku, jangankan diistimewakan, dianggap saja sepertinya tidak. Jika dulu dia menangis padaku, sekarang, jangankan menangis, menyapa pun tak mau. Ya, harusnya aku ketahui bahwa aku tak berarti apapun untuknya. Harusnya kutahu sedari dulu. Tapi, tak mungkin tuk kurangi sayangku padamu, tak mungkin tak rindukanmu. Ya sudahlah, tak apa-apa.

Aku sadar, aku yang sudah bersikap bodoh. Harusnya aku dapat berpikir logis. Ya, dia punyai kk yang jauh lebih baik dariku, seorang dokter. Sedangkan aku? Tak ada yang pantas dibanggakannya dariku. Kebutuhannya berbeda denganku. Ya, aku yang sebagai anak bungsu tentu akan dengan menggebu-gebu menyayangi setiap adikku (atau boleh dibilang yang menganggapku kakak). Aku tahu, dia baru saja kehilangan adiknya. Tapi, salahkah aku yang datang sebagai kakaknya? Tidak salah menurutku, namun tidak tepat dengan yang sedang ia butuhkan. Hufthhh,, ku tak cantik untuk jadi kk nya, tak cukup pintar, tak bisa menyanyi, tak bisa apa-apa. Teringat ceritanya tentang percakapan;

C: Dia yang mengejar-ngejar aku!
S: Tapi kamu sayang dia kan?
C: Dia yang butuh aku, kalo aku sih biasa aja.

Harusnya ku tahu yang mana yang benar-benar harapkanku, yang mana menempatkanku istimewa di hati, yang mana yang menganggapku ada, yang mana yang butuhkanku, aku terlalu bodoh, atau buta? hingga tak lagi bisa bedakan yang mana yang seharusnya kusayangi. Ahh, tak tahulah. Mungkin aku saja yang sedang labil, hingga tuliskan ini. Mungkin aku saja yang ingin dengar dia katakan 'Aku kangen ka Dewi'...

Dia tak suka Daniera, dan dia juga tak Mengganggap Dewi...

Senin, 06 Juni 2011

Harusnya

Harusnya aku berusaha lebih baik lagi
dalam setiap usahaku
untuk buatmu tersenyum
dalam setiap jerihku
untuk buatmu terbantu
dalam setiap payahku
untuk buatmu bahagia

What's!!!! Hanya karena orang itu menjadi goyah?!?
Hmmm....
Kk sayang banget kamu, kamu udah tau itu.
Kk selalu kangen kamu, kamu udah tau itu.
Trus? Setelah itu, apalagi?
Tiada kebosanan dalam ketulusan!
Yep! itu prinsip yang harus dipegang dalam menyayangi seseorang.
Tapi....
Entahlah, mungkin hanya segelintir perasaan yang 'tidak penting'
Aku merasa belumlah mendapat tempat yang istimewa di hatimu.
Dan semuanya menjadi jelas kesannya
aku mengejarmu, aku mengemis padamu,
atau secara berlebihan mungkin
'aku tak dapat hidup tanpamu.

STOP!

Kamu bilang 'jauh di mata dekat di hati'
Harusnya aku lebih memaknai kalimat itu.
Sehingga tak perlu merepotkanmu tertawa atau bersikap di setiap kukatakan rindu.
"Kk kangen cali..."
"Iyaaaahhh,,,,, yang sabar ya kak"

Kamu bilang 'jauh di mata dekat di hati'
Harusnya aku lebih merasai kalimat itu.
Sehingga tak perlu memaksa ketemuan denganmu yang super sibuk,
dan yang parahnya lagi aku mungkin aku di matamu terkesan egois, mau menang sendiri!
Maaf, maaf, maaf...

Kamu bilang 'jauh di mata dekat di hati'
Harusnya kalimat itu lebih mengena padaku.
Sehingga tak perlu menangis setiap malam,
saat aku memimpikanmu,
saat aku tersedu bahkan dalam tidurku,
saat aku seperti kehilangan kesadaran,
mengucapkan 'kk kangen cali' berulang kali di tempat tidurku,
sendiri, dalam nyanyian sepi.

Minggu, 05 Juni 2011

Hidup dalam Redup

Akankah ku karam pada akhirnya? Tenggelam bersama hidupku yang kelam.... Terlelap dalam gelap atau hidup dalam redup....*daniera
Siang itu terdengar isakan tangis, aku benci mendengarnya. Terdengar juga suara kakakku yang tegas, yang selama ini selalu berikanku kekuatan, selalu ingatkanku aku harus tetap bertahan dalam perjuangan. Tiba-tiba suara pintu terbanting juga terdengar, tak lama dari suara isakan tangis. Hufth.... :'(

Andai saja aku bisa meminta, ya, meminta kepada-Nya, saat di Lauhul Mahfudz agar kuterlahir sebagai anak yang ceria, yang bahagia, yang tak ada hambatan apapun dalam hidup.... Namun, kuberpikir, proses penciptaan manusia bukan didasarkan pada yang diminta makhluk-Nya, tapi semua itu adalah kehendak-Nya. Dia yang menentukan kejadian terlahirnya aku.

Teringat percakapan dengan kakakku, kak Linda;
D: Seperti dejavu saat-saat kelam dalam hidup De, saat yang tidak jelas.
L: Kapan?
D: Ya, saat lulus SMP dan akan melanjutkan ke SMA,...
L: Iya, kakak ingat, De sakit parah waktu itu, tipes.
D: Kapan ya, kita bisa terlepas dari semua ego?
L: Sabar aja, semua ada waktunya. Perbanyak berdoa.
D: Ya, tapi rasanya sudah lelah dengan ini semua, ingin sesegera mengakhiri.
L: Harusnya De lebih kuat, De pernah rasakan yang lebih sulit dari ini, kakak juga. Kita bahkan pernah tak saling tahu kita di mana. Kita bahkan pernah terpisah jauh, kita bahkan pernah sulit berjumpa, walaupun hanya dalam mimpi. Kita pernah alami masa-masa tersulit dalam hidup kita. Harusnya kita lebih kuat. Ini tak seberapa. Harusnya kita lebih mengerti, harusnya kita lebih dewasa....
D: Tapi, De sedih, seolah semuanya redup, hilang begitu saja hanya karena ego.
L: Ingat De, posisi kita hanya sebagai anak, De harus kuat! YA, lebih kuat dari kakak malah, karena sesungguhnya yang buat kakak tetap bertahan, tidak pergi tinggalkan semua adalah De, ya, kak Linda sayang De, De harus kuat!
D: Maaf jika setiap momen De lebih memilih membisu, diam tak bisa angkat bicara.
L: Tak apa, itu bagus. Lagipula terlalu banyak bicara membuat suasana tambah panas.
D: Apakah pendapat De sedikitpun tidak dipertimbangkan?
L: Bukan itu masalahnya, De harus tahu kapan pendapat itu diungkapkan, tidak semua waktu menjadi pas untuk mengungkapkan apa yang ada dalam benak kita.
D: Lalu? kak Atu akan jarang atau bahkan dalam waktu yang lama tidak bertemu? Termasuk dengan kita? Dan... Dan Paman bagaimana? sama juga? Trus saja seperti itu, trus saja tinggalkan De,.... Memang harus hidup dalam redup.
L: Hush, kak atu tak akan pernah tinggalkan De, tak akan pernah tinggalkan kita, lagipula kalo De kangen kan De tahu kantornya, De udah berani bawa motor jauh, ya jadi tidak ada masalah. Lebih baik jauh kemudian kita akan saling merindukan, begitu bukan? Persoalan paman, kak Linda belum bisa berpendapat apapun, tidak ada pihak yang mau mengalah, jadi biarkan saja dulu, biar waktu yang menghanyutkan semua kesal dan gejolak emosi.
D: Hufth :'( (menangis untuk beberapa menit)
L: Loh? De jangan sedih, semua pasti ada hikmahnya, dan tugas kita adalah berpikir, semangat, berdoa! De harus bisa lulus semester ini, setelah itu...
D: Setelah itu? kakak juga bakal tinggalin De? gitu kan?
L: Ya, itu untuk masa depan kita yang lebih baik. Tak baik kalo kakak terus di rumah, terkadang sulit juga tuk menahan emosi. Lagipula kak Linda percaya De lebih baik dari kakak, ya, yang terbaik di antara kita bertiga. De paling pintar, dan harusnya paling bisa hadapi semua masalah hidup, bukan sekedar menjawab soal Matematika atau Fisika. Ada bu Neli yang setia membantu De,,,,
D: De malu, bu Neli sudah terlalu banyak membantu.
L: Loh? jangan merasa seperti itu, lagipula kan sudah De anggap sebagai orangtua sendiri, diskusikan saja semua kesulitan yang De hadapi. Sebentar lagi kak Linda juga punya keluarga sendiri, tak bisa berlama-lama mengurus De, tak bisa merapikan kamar tidur De lagi, tak bisa lagi, dan pada akhirnya De harus bisa mandiri.
D: (tanpa kata) :'(
L: Yasudah, sekarang fokus skripsi, kesampingkan dulu masalah-masalah ini. Biarkan memudar seiring berjalannya waktu.

Redup. Redup. Redup.
Itulah gambaran kehidupan yang kualami sekarang, setelah beberapa waktu yang lalu kukira duniaku menjadi terang, namun tidak. Cahaya yang hadir hanya sebuah transisi, Ya, sebuah transisi akan ada fase keredupan yang lain dalam hidupku, yaitu sekarang ini.

Sebuah lagu mengiringi, yang mengiris perasaanku juga, terutama liriknya,
"Wajar bila saat ini ku iri pada kalian, yang hidup bahagia berkat suasana indah dalam rumah. Hal yang selalu aku bandingkan dengan hidupku yang kelam :'( "

Untuk semua kakak dan adikku, kalian telah menjadi bagian semangatku untuk teruskan hidupku dalam keredupan ini, jangan pernah campakkanku,
Karena saat kalian campakkanku, keredupan itu telah berubah menjadi kegelapan yang pekat...
Ku ingin menyudahi keredupan ini dengan segera, kuingin berlari namun terjatuhku....

Sabtu, 04 Juni 2011

Selasa Mendung di Penghujung Mei

Selasa, 31 Mei 2011....

Pagi itu terasa lelah, pusing. Kuterbatuk tanpa henti, bahkan beberapa kali aku muntah, tak ada kekuatan. Badanku lemah, rasanya kepalaku berputar-putar. Akhirnya kuputuskan saja untuk sms PJ (Penanggung Jawab) Kelas Mata Kuliah Fisika Komputasi, Gustav, agar membuat jarkom tambahan kuliah hari itu diundur jadi pukul 13.00 yang semula kujanjikan pukul 07.30....

Jam meja yang merupakan hadiah pemberian mahasiswa PFR-09 menunjukkan pukul 11.30.... Tak bisa kutahan rasa rindu padanya, kutelpon saja, apalagi chat-ku di FB dan YM hanya dibalas dengan kalimat pendek. Mendengar suaranya, seolah ada yang menyengat dalam darahku. Ya, kuakui, dia bagaikan listrik semangatku. Tidak banyak hal yang kubicarakan, karena bolak-balik kukatakan aku merindukannya, sangaaat merindukannya.

Hmmm,,, 12.05, aku benar-benar harus bersiap ke kampus. Berangkat dari rumah pukul 13.00,,,maaf ya PFR-09, benar-benar telat. Selama perjalanan, Ciledug benar-benar macet. Kuingat pesan Mama sesaat sebelum kuberangkat dengan beat merahku itu.

"Hati-hati ya Nak, jangan sampai kehujanan, sudah mulai mendung, jangan terlalu ngebut juga."

Kurasakan sejuk, mungkin karena mendung di sepanjang perjalanan. Kuperhatikan, speedometerku tak pernah lebihi garis 40km/jam. Aneh, aku begitu menikmati kemacetan jalan raya di siang hari yang mendung ini. Ya, aku benar-benar menikmatinya. Ibarat rekaman, seolah semua ingatan, memori, percakapan, candaan dengannya terputar kembali di kepalaku. Semua katanya kuingat, saat ia tanyakan alasan kumenyayanginya, saat ia tanyakan soal Listrik Magnet, saat ia meyanyikan banyak lagu untukku, semua seolah terputar kembali....

Tak ada rasa sakit di dada saat kumengingatnya sepanjang perjalanan Ciledug-Rawamangun. Malah kurasakan semangat, rasa bahagia di hari yang mendung itu. Mungkin karena sebelum berangkat aku meneleponnya dulu, yang ternyata obati kerinduanku. Andai saja dia tahu, kini dia menjadi bagian penyemangatku.... Andai saja dia tahu kini kurasakan bahagia setiap kudengar suaranya, Andai saja....

Tak apa, ku tahu dia sibuk lebih dari yang ku tahu. Aku berusaha konsisten terhadap apa yang kutulis, kan kubiarkan diriku terlena oleh rasa sakit karena menahan rinduku untuknya. Lagipula, saat dia tidak sms-ku, artinya ia sedang tak sendiri, artinya ia sedang tak sepi, artinya ia sedang senang,... Ya, harusnya aku bahagia dia tidak menyapaku, karena itu merupakan indikator dia baik-baik saja....

17.00....
Sisa kemendungan masih terasa di langit di sore itu, saat ku berangkat dari kampus menuju rumahku di Ciledug. Sama seperti saat berangkat, aku mengemudikan motor dengan pelannya, tak lebih dari garis 40 km/jam. Kumenikmati setiap kemacetan sepanjang jalan Rawamangun-Ciledug menjelang magrib. Sungguh tak biasa. Padahal aku pernah menangis di tengah jalan Karet saat pertama kali kumengendarai motor ke kampus, karena terlalu macet, ya, menangis dan pengendara motor lain terheran melihatku.

Aneh memang, aku merasa senang dalam macet kali ini, aku merasakannya dengan penuh cita, bahagia rasanya. Dan aku berpikir, sampai pada suatu kesimpulan. Ternyata karena kudengar suaramu, terimakasih telah menjadi kekuatanku di hari itu, Selasa yang mendung di penghujung Mei....