Labels

daniera (118) kanazawa (7) nada (92) pengetahuan umum (6) profesi guru (1) puisi (16) skripsi (1)
Tampilkan postingan dengan label pengetahuan umum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pengetahuan umum. Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 November 2012

Berawal dari JASSO

JASSO, atau singkatan dari JApan Students Services Organization. Tiba-tiba saja di perpustakaan ITB, sambil menatap langit Bandung yang mendung, saya ingin menuliskan tentang ini...

Semua berawal saat siang tadi saya makan bersama dengan salah satu teman sekelas saya, di jurusan Magister Computational Science. Banyak hal yang kami bicarakan. Sampai kepada topik JASSO. Di Indonesia, JASSO dapat disamakan dengan DikTI atau DikNas, yah semacam itulah.

Kami membahas terkait dengan pendanaan Double Degree Program di Japan yang akan kami jalani, kebetulan teman saya dan saya lulus seleksi :). Mulai dari pelayanan, JASSO terkenal dengan kemudahan akses mendapatkan dana. Tidak pernah dipersulit. Tidak pernah terlambat. Jadi, jika kami mendapatkan pendanaan di Japan nanti dari JASSO, maka kami tentunya tidak akan khawatir saat-saat awal di Kanazawa University.

Setiap kelebihan tentunya ada kekurangan. Beasiswa dari Dikti ternyata sekitar 20rb Yen lebih banyak dari JASSO setiap bulannya. Tapi, tapi, tapi, beasiswa dari Dikti tersebut akan keluar kira-kira setelah 5 bulan di Japan. Whats? Dan 5 bulan awal di sana, dana dari mana? Menghutang tentunya! Hahaha. Agak miris, memang. Padahal terdengarnya masalah sepele, tetapi, tetap saja, yang terkait dari dalam negeri ada istilah 'rapel'. Jadi mungkin kebiasaan yang di turunkan dari orde lama atau orde baru mungkin (loh? kok jadi bahas sejarah). "Mengencangkan ikat pinggang." Atau istilahnya puasa untuk menahan lapar. Demi makan di kemudian hari. Hey! Hello! Sekarang sudah zaman... (zaman apa ya?). Pokoknya bukan zamannya lagi menahan lapar untuk makan di kemudian, menurut saya sekarang zamannya peningkatan gizi untuk mencapai SDM (SUmber Daya Manusia) yang lebih baik lagi! Supaya kita bisa benar-benar ikut berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan! Supaya demo kita tentang #SaveGaza itu tidak cuma angin lalu! Supaya... Ah! Banyak sekali! Memang beda, mental negara maju dengan negara yang cuma maunya maju. Sudahlah, kita lanjutkan.

Sampai pada obrolan tentang salah satu pejabat negara mengenai PPI (Persatuan Pelajar Indonesia). Bahwa pejabat negara tersebut dengan entengnya mengatakan bahwa mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri itu menghabiskan uang negara saja, tidak ada rasa nasionalismenya! Lebih baik dananya dipakai oleh para pejabat untuk kunjungan kerja ke laur negeri! Whats!!!! Membahas itu rasanya saya gondok pake banget.
Pertama, (sepengalaman saya menempuh pendidikan SD s.d. S1) pemerintah itu kurang perhatian, kurang penghargaan kepada yang namanya prestasi yang terkait ilmu pengetahuan. Padahal, padahal.... Bahkan seingat saya, dulu, sewaktu saya SMA, tim Olimpiade Matematika Indonesia tuh sampe telat berangkat untuk Olimpiade internasional gara-gara kelalaian pengurusan administrasi dan dipersulitnya keberangkatan! Bukan oleh siapa2 loh! Oleh bagian pemerintah sendiri! (Nah, bersyukur saya, waktu itu gak kepilih jd tim olimpiadenya, kalo kepilih, bisa-bisa saya gondoknya sampe pindah ke luar aje deh, hehe)

Kedua, biaya perjalanan untuk kunjungan kerja pejabat itu jauh-jauh-jauh lebih menghabiskan uang, dan hasilnya? Tetap! Tetap saja mata uang rupiah lebih rendah dari mata uang negara lain. fufufufu. Tetap saja peniti harus mengimpor. Tetap saja korupsi (ndak usahlah yah, bahas-bahas korupsi). Tetap saja terjadi keningnangan atau kesenjangan ekonomi. Tetap saja, banyaaaaak masalah nya ini Indonesia yang aku cinta.... Tetap saja Timnas kita kalah (loh?) Iyalah, gimana mau main dengan baik kalau semua serba dipolitisi! Lagipula, kunjungan kerja pejabat selama dua minggu kalau dihitung-hitung sama setara dengan biaya hidup pelajar indonesia di luar negeri selama 6 bulan! sekali lagi, 6 bulan! Dan kami (saya jg nanti, insya Allah) mahasiswa / pelajar di luar negeri, gak cuma duduk diem di kelas! Kami aktif melakukan penelitian, kami juga berusaha mengerti culture mereka (negara lain). Kami punya cita-cita, saat kembali, kami dapat membuat Indonesia lebih baik! Itu cita-cita kami! Sedangkan mereka? Entahlah semua sudah menjadi modus, menurut saya.

Ketiga, dan seterusnya mungkin kapan-kapan dilanjutkan lagi, karena saya sudah pegel ngetik, hehe.

Back to JASSO, pemerintah seperti Jepang (dan mungkin negara lain) ternyata sangat perhatian dengan masalah kecil seperti kehadiran mahasiswa asing di negeri mereka. Ada persyaratan minimal apartemen yang boleh dihuni atau disewa oleh mahasiswa asing. Khusus kampus saya, tidak boleh di apartemen murah, karena dikhawatirkan mengganggu konsentrasi belajar mahasiswa. Dan mengenai rapelan? Saya juga gak ngerti kenapa mesti dirapel, jangan-jangan dibungakan dulu, atau didepositokan dulu (Suudzon ya, saya? astagfirullah), entahlah.

Senin, 07 Maret 2011

POLYNYA: Fenomena Kolam Hijau di Kutub Selatan


KOMPAS.com - Sebuah kolam yang dipadati kehidupan ditemukan di antara es di Kutub Selatan. Kolam yang dikelilingi es warna putih tersebut berisi air berwarna hijau sehingga terlihat mencolok dibanding perairan sekitarnya. Kata para ilmuwan, inilah anugerah pemanasan global.

Menurut mereka, kolam di daerah terpencil itu berwarna hijau akibat klorofil dari ganggang yang terdapat di situ. Di kolam itu pula didapati krustasea kecil, ikan, larva udang.

"Ini kolam terhijau yang pernah saya lihat," kata Patricia Yager, kepala ilmuwan Amundsen Sea Polynya International Research Expedition (ASPIRE). Yager mengutarakan kalau jumlah klorofil per liter di kolam itu lima kali lebih banyak dibandingkan beberapa tempat di Sungai Amazon.

Kolam yang dikelilingi oleh es laut seperti ini sering disebut dengan istilah polynya. Perairan seperti ini biasanya kaya nutrisi dan menjadi tempat bernaung bagi binatang, baik besar maupun kecil. Demikian jelas Yager.

Polynya bisa terbentuk dengan dua alasan: angin yang meniup bongkah es menjauh dari pantai dan udara atau air hangat mencairkan es. Ketika es mencair, nutrisi turut terlepas ke laut. Nutrisi yang kebanyakan penting bagi tumbuhan itu membuat ganggang berkembang.

"Ketika gletser dan es laut di bagian barat Kutub Selatan mencair karena pemanasan global, lebih banyak nutrisi yang mengalir ke lautan dan membuat ganggang berkembang semakin luas," Yager menjelaskan.

Menurut Yager, ledakan jumlah ganggang ini bisa jadi anugerah karena ganggang melahap karbon dioksidad akibat efek rumah kaca. "Tapi ini baru satu sisi," katanya.

Ia mengatakan kalau ganggang menjadi makanan bagi zooplankton yang melepaskan karbon dioksida ke atmosfer saat bernapas. Yager juga menyebutkan bakteri yang mengurai ganggang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida.

Meskipun demikian, untuk saat ini, kolam polynya merupakan hal yang baik bagi iklim Bumi karena mereka memerangkap karbon. "Tapi hanya itu saja," kata Lisa Miller, ahli biologi kelautan dari Fisheries and Oceans Canada. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

Jubah Harry Potter


KOMPAS.com - Jubah tembus pandang, seperti yang dipakai Harry Potter, sebentar lagi jadi kenyataan. Jubah baru ini bisa membuat objek yang ditutupinya tak terlihat oleh mata.

Jubah dibuat dari dua potong kristal kalsit, mineral berwarna putih atau tak berwarna yang biasa terdapat dalam batu gamping. Kedua potong kristal tersebut ditempel dengan aturan tertentu.

Kalsit sangat bersifat anisotropik, sifat yang membuat cahaya yang datang akan diteruskan ke sudut yang berbeda dari cahaya yang masuk dari sisi lain. Dengan menggunakan dua kalsit, para peneliti dapat membelokkan cahaya di sekitar objek padat yang diletakkan di antara kristal.

Di dalam kedua kristal kasit itu ada celah berbentuk segitiga siku-siku. "Apa pun yang Anda letakkan di bawah celah ini tak akan tampak dari luar," kata George Barbastathis dari MIT.

Jubah buatan Massachusetts Institute of Technology dan SMART Centre dari Singapura ini tidak seperti jubah-jubah serupa yang pernah dikembangkan. Jubah-jubah lama hanya dapat membuat benda-benda menghilang di bawah sinar dengan panjang gelombang yang tak tampak oleh manusia.

Jubah lain hanya dapat menghilangkan benda-benda mikroskopis. Jubah baru ini dapat bekerja dengan cahaya yang terlihat oleh mata manusia dan dapat menyembunyikan objek yang cukup besar.

Jubah tembus pandang ini masih punya kekurangan. Salah satu contohnya adalah hanya bekerja maksimal di bawah cahaya hijau. Para peneliti sengaja mendesain dengan warna hijau karena, selain kalsit hanya bisa dikonfigurasi pada gelombang cahaya tertentu saja, mata manusia sangat sensitif terhadap warna hijau. Demikian jelas Barbastathis.

Selain itu, efek menghilang ini hanya tampak jelas dari sudut tertentu. Jika dilihat dari sudut berbeda, objek akan tampak kembali.

Meskipun demikian Barbastathis merasa percaya diri kalau timnya atau peneliti lain akan membuat jubah yang lebih baik dalam waktu dekat.

Ia juga yakin kalau jubah seperti ini akan punya penggunaan. "Di Boston ada banyak persimpangan jalan dengan sudut yang tajam. Saat melihat lampu lalu lintas, mungkin Anda akan bingung apakah lampu itu untuk jalan Anda atau jalan lain. Dengan jubah ini, kita bisa sembunyikan lampu lalu lintas yang lain sehingga pengendara tidak bingung," jelas Barbastathis. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

Manusia Magnet: Misteri atau Fisika?


KOMPAS.comDiscovery News meragukan kemampuan magnetik (atau supranatural) milik Bogdan, bocah laki-laki asal Serbia, sehingga perabotan rumah tangga bisa menempel pada kulitnya. Ada penjelasan dengan fisika mengenai "kemampuan" itu.

Dalam sebuah artikel, Discovery News menyatakan bahwa fenomena itu tidak terletak pada sifat magnet atau kemampuan mistis, tetapi terletak pada fisika friksi pada kulit. "Kulit elastis dan bisa menyelaraskan bentuknya dengan obyek yang menyentuhnya. Efek ini semakin terasa pada hari yang panas dan kulit tersentuh oleh tempat duduk plastik. Kulit juga bisa bersifat adhesif atau perekat pada beberapa material," demikian tertulis dalam artikel.

Bukti lain akan tiadanya sifat magnetik yang disebutkan oleh Discovery News adalah tidak semua benda metal menempel pada kulitnya. Piring plastik dan gelas juga menempel. "Apa persamaan besi, gelas, dan plastik? Mereka punya permukaan yang mulus," demikian penjelasan Discovery News.

MSNBC dan The Daily Mail melaporkan ada bocah laki-laki dari Serbia yang punya kemampuan magnetik. Sendok, garpu, pisau, dan perabotan dari besi lainnya bisa menempel di tubuhnya. Selain itu, Bogdan—dan orang lain yang mengaku punya kemampuan serupa—juga memiliki sedikit rambut pada kulit sehingga obyek bisa menjalin kontak nyaris sempurna dengan kulit.

Discovery News juga menunjukkan cara paling sederhana untuk membuktikan adanya medan magnet. Pada video, Bogdan selalu menempelkan objek-objek langsung pada kulit, tanpa pakaian. Apabila memang ada medan magnet, seharusnya Bogdan juga bisa menempelkan obyek ketika ia mengenakan pakaian karena medan magnet bisa menembus kain tipis.

Pada Kamis (24/2/2011), Daily Mail menurunkan berita mengenai Bogdan. Keluarganya mengaku Bogdan memiliki kemampuan magnetik sejak lahir. Keluarga Bogdan melarang si bocah mendekati alat-alat listrik seperti televisi dan komputer. "Kemampuan magnetnya membuat alat-alat seperti itu mati," ujar keluarga.

Untuk membuktikan kemampuan itu, Bogdan diminta bergaya di depan kamera dengan berbagai obyek di dadanya. Pertama, Bogdan menempelkan berbagai perabotan makan kemudian pengendali (remote) televisi. Bogdan mencabut obyek-obyek itu dari tubuh menggunakan tangannya. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

(Kompas.com)

Kamis, 22 Mei 2008

Alga Pereda Hipertensi

Alga Pereda Hipertensi

'Kini saya tak khawatir lagi bila ke luar kota,' kata Mariam Fatima. Setahun silam, jangankan bepergian ke luar kota, untuk menjalankan aktivitas sehari-hari saja ia seringkali terganggu rasa pegal, pusing, dan demam yang kerap menghampiri. Penyebabnya, tekanan darah yang mencapai 180/100 mmHg.

Mariam tak menyangka bila gangguan kesehatan itu disebabkan hipertensi alias tekanan darah tinggi. Padahal, ia senantiasa menjaga pola hidup sehat. Menurut Prof Dr dr Syakib Bakri, SpPD-KGH dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, pada kondisi normal, hipertensi yang umum menyerang pasien adalah hipertensi primer yang disebabkan faktor keturunan dan lingkungan seperti stres, kegemukan, mengkonsumsi alkohol, dan pola hidup tak sehat. 'Frekuensi terjadinya mencapai 90-95%,' katanya.

Konsumsi garam yang mengandung natrium berlebih turut memicu hipertensi. Natrium mudah mengendap di dinding pembuluh darah. Jika kadar garam yang mengendap semakin banyak, pembuluh darah akan menyempit sehingga kecepatan aliran darah kian meninggi. Hipertensi juga dipicu kadar kolesterol dan lemak jenuh berlebih dalam pembuluh darah yang dapat menyebabkan arteriosklerosis alias pengapuran pembuluh darah.

Masuk angin

Mariam mengira pegal-pegal di bagian tengkuk, pusing, dan demam itu akibat masuk angin. Awal Oktober 2006, gangguan itu terasa hingga sepekan. Kondisi yang kian memburuk itu mendorong Mariam berobat ke dokter Santoso di Kotamadya Bogor. Saat diperiksa dokter, perempuan 46 tahun itu terperanjat karena tekanan darahnya mencapai 180/100 mmHg. 'Biasanya 100/90 mmHg,' katanya.

Oleh dokter, Mariam diberi obat penurun tekanan darah dan 3 jenis obat lain untuk mengatasi gangguan kesehatan. Obat penurun tekanan darah dikonsumsi setiap pagi dan sore masing-masing 1 tablet sesudah makan. Sepekan mengkonsumsi, Mariam malah terserang batuk. Ia pun menghubungi dokter Ludwina, yang berpraktek di Ciputat, Tangerang.

Menurutnya, jenis obat yang dikonsumsi Mariam memang dapat menyebabkan batuk bagi penderita yang tidak cocok. Dokter menyarankan agar Mariam mengkonsumsi obat lain yang tidak berefek samping. Obat itu dikonsumsi 2 kali sehari masing-masing 1 tablet setelah makan.

Untuk mengontrol tekanan darah, Mariam membeli tensimeter, alat pengukur tekanan darah digital. Alat itu dililitkan ke bagian lengan, lalu dipompa. Setelah itu, muncul angka yang menunjukkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Selama pengukuran, tekanan darahnya sekitar 150/100 mmHg. Kalau pun menurun, tidak terlalu signifikan, hanya 140/100 mmHg.

Meski telah mengkonsumsi obat, gangguan seperti pegal di bagian tengkuk dan pinggang yang terasa panas tetap saja menghampiri. 'Kalau tekanan darah sedang naik, berjalan saja sampai terhuyung-huyung. Inginnya tidur terus,' kata ibu 3 anak itu. Bila sudah begitu, 'Saya terpaksa tidak masuk kantor,' ujarnya.

Beruntung di tempat Mariam bekerja, terdapat klinik pengobatan. Ia pun rutin memeriksakan diri. Dokter menyarankan, obat penurun tekanan darah sebaiknya dikonsumsi bila tekanan darah melebihi 140/100 mmHg. Tujuannya untuk menghindari kerja ginjal berlebih. Hal senada dilontarkan dokter Ludwina. Konsumsi obat penurun tekanan darah dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.

Cryptomonadales

Mendengar perkataan dokter, Mariam teringat kedua saudaranya yang menderita kerusakan ginjal. 'Saat ini ginjal mereka hanya bekerja 30%,' katanya. Itulah sebabnya ketika suaminya menyodorkan cryptomonadales, ia tak segan mengkonsumsi. Sejak Januari 2007, alumnus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta itu rutin mengkonsumsi cryptomonadales 2 kali sehari masing-masing 10 tablet setiap pagi sebelum sarapan dan malam menjelang tidur.

Dua bulan mengkonsumsi, gejala seperti pusing, sakit di bagian tengkuk, dan pinggang yang terasa panas itu sirna. Untuk menghindari kerusakan ginjal, Mariam mengurangi konsumsi obat penurun tekanan darah. 'Selama bulan Maret saya hanya mengkonsumsi 1 tablet,' katanya. Awal April 2007, konsumsi obat sama sekali dihentikan. Meski obat tak lagi dikonsumsi, hasil pemeriksaan sepekan lalu tekanan darahnya turun menjadi 130/90 mmHg.

Faedah cryptomonadales tak hanya dirasakan Mariam. Nun di Taiwan, Patty Lo merasakan faedah serupa. Perempuan 51 tahun itu menderita hipertensi sejak 3 tahun silam. Saat diperiksa dokter, tekanan darahnya mencapai 180 mmHg. Biang hipertensi, kadar kolesterol dalam darah yang mencapai 993 mg/dl. Normal kurang dari 200 mg/dl. Setahun lamanya Patty mengkonsumsi obat dokter. Selama itu pula ibu 2 anak itu rutin memeriksakan diri ke dokter. Beragam suplemen pun telah ia coba. Hasilnya, tekanan darah tetap melambung.

Salah seorang rekan Patty memperkenalkan cryptomonadales. Ekstrak alga bersel satu itu dikonsumsi 3 kali sehari masing-masing 20 tablet. Tiga bulan mengkonsumsi, tekanan darah turun menjadi 136 mmHg dan kolesterol 250 mg/dl. Setelah setahun tidak bekerja lantaran sakit, kini ia pun kembali menekuni pekerjaan lamanya sebagai konsultan gizi.

PPARs

Bagaimana duduk perkara cryptomonadales meredakan hipertensi? Menurut Prof Wang Shun Te, sang penemu, cryptomonadales mengandung Peroxisome Proliferator Activated Receptors (PPARs). PPARs faktor transkripsi yang mengatur karbohidrat dan homeostasis lemak. PPARs terdiri dari 3 jenis: PPARa, PPARy, dan PPARd. Yang disebut pertama berperan untuk katabolisme lemak. Kombinasi PPARa dan PPAR?, berefek antiinflamatory alias antipembengkakan, mengatur fungsi endotel vaskuler, dan berefek antihipertensi.

Hasil penelitian Ernesto L Schiffrin MD PhD FRCPC, dari Clinical Research Institute of Montreal, Kanada, menunjukkan, PPARa terbukti ampuh meredakan hipertensi dan memperbaik disfungsi pembuluh darah. Uji dilakukan terhadap mencit Sprague-Dawley. Hewan percobaan itu sebelumnya diinfus 120 nanogram/ kg angiotensi II (Ang II) untuk merangsang pembengkakan dinding pembuluh darah sehingga tekanan darahnya meningkat.

Mencit yang telah menderita hipertensi itu kemudian diberi asupan 2,5 ml ekstrak yang mengandung 40% PPARa selama 7 hari. Hasilnya, tekanan darah mencit yang semula 169-175 mmHg, turun menjadi 108-116 mmHg. Menurut Schifrrin, PPARa bekerja meredakan hipertensi dengan memperbaiki disfungsi endotel, meredakan stres oksidatif, dan pembengkakan dinding pembuluh darah.

PPARy juga berperan menurunkan tekanan darah. Itu dibuktikan Curt D Sigmund PhD, dari Department of Internal Medicine University of Iowa, Amerika Serikat. Uji dilakukan pada mencit yang telah disisipkan gen renin dan angiotensin dari manusia sehingga secara genetik menderita tekanan darah tinggi.

Sukarelawan itu diberi 25 mg/kg PPAR? per hari selama 21 hari. Hasilnya, tekanan darah sistolik mencit yang semula 140-150 mmHg, turun menjadi 119-133 mmHg. PPAR? bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara memperbaiki fungsi pembuluh darah.

Cryptomonadales juga ampuh mengurangi risiko hipertensi dengan menekan kadar total kolesterol dan low density lipoprotein (LDL). Keduanya pemicu utama tekanan darah tinggi. Hasil uji klinis pada 30 pasien berkadar kolesterol dan LDL tinggi menunjukkan, setelah mengkonsumsi 30 tablet cryptomonadales selama sebulan, kadar total kolesterol dan LDL pasien menurun 15%. Hasil uji klinis itu bukti sahih, cryptomonadales tak hanya sekadar makanan pelengkap, tetapi juga penyembuh. (Imam Wiguna/ Peliput: Sardi Duryatmo)

Lihat informasi produk Cryptomonadales

Sumber: Majalah Trubus Mei 2007
At: http://www.sungaibaru.com/artikel/lihatArtikel.php?id=7
Timestamp: 2008-01-29 21:17:24

Ponsel Pengaruhi Kualitas Sperma

Ponsel Pengaruhi Kualitas Sperma

NEW YORK, KAMIS - Dampak negatif dari radiasi telepon selular kembali mendapat sorotan. Kali ini, sebuah riset mengklaim penggunaan ponsel yang berlebihan dapat mempengaruhi kualitas sperma.

Kaitan penggunaan ponsel dan kualitas sperma diungkap oleh para ahli melalui riset pendahuluan di Cleveland Clinic, Amerika Serikat. Dengan melibatkan 361pasien klinik, peneliti menemukan bahwa semakin lama pria menggunakan ponsel setiap hari, semakin menurun jumlah sel sperma dan semakin besar pula prosentase jumlah sperma abnormal.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Fertility and Sterility ini merupakan fakta lain yang mempertanyakan dampak potensial penggunaan ponsel atau alat-alat nirkabel terhadap kesehatan. Beberapa riset sebelumnya kerap menghubungkan radiasi ponsel dengan timbulnya gangguan kesehatan seperti penyakit susah tidur atau tumor otak.

Walau begitu, ada pula riset lainnya yang tidak menemukan hubungan ponsel dengan problem kesehatan.

Yang menjadi kekhawatiran selama ini adalah energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan ponsel secara teoretis dapat mempengaruhi sel-sel tubuh. Apalagi juga digunakan dalam waktu lama, ponsel dikhawatirkan mengganggu jaringan dengan cara merusak DNA.

Tetapi temuan para ahli di Cleveland ini tidak memberikan bukti bahwa radiasi ponsel dapat merusak sperma. "Hasil penelitian kami menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara penggunaan ponsel dengan penurunan kualita semen. Namun begitu, ini tidak membuktikan adanya hubungan sebab akibat," ungkap pimpinan riset, Dr Ashok Agarwal.

Dalam penelitiannya, Agarwal beserta tim meneliti sampel semen dari 361 pria yang mengunjungi klinik infertilitas selama sekitar setahun. Peneliti juga mengadakan semacam kuisioner kepada seluruh partisipan untuk menanyakan soal kebiasaan menggunakan ponsel.

Secara umum, peneliti menemukan bahwa jumlah dan kualitas sel sperma cenderung menurun seiring meningkatnya jumlah waktu penggunaan ponsel. Pria yang dalam kuisioner mengaku menggunakan ponsel rata-rata empat jam sehari tercatat memiliki rata-rata jumlah sel sperma terendah serta jumlah sel normal / aktif terendah.

"Kami mengasumsikan dari hasil penelitian ini bahwa penggunan ponsel yang berlebihan berhubungan dengan rendahnya kualitas semen," kata Agarwal. Tetapi apakah ponsel dapat secara langsung mempengaruhi kesuburan pria masih belum jelas.

Agarwal mengatakan, timnya juga saat ini tengah melakukan dua riset lanjutan untuk mempertegas asumsi tersebut. Pada riset pertama, peneliti menyinari sampel semen dengan radiasi elektromagnetik dari ponsel untuk melihat dan mengetahui dampak apa yang akan terjadi.

Sedangkan pada riset kedua, peneliti akan meneruskan riset awal dengan melibatkan jumlah pria yang lebih banyak. Menurut Agarwal, riset ini juga akan memperhitungkan faktor lain yang akan mempengaruhi seperti gaya hidup (lifestyle) serta risiko yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat mempengaruhi kualitas sperma.

Sumber: Kompas - Jumat, 8 Februari 2008
At:http://www.sungaibaru.com/artikel/lihatArtikel.php?id=54
Timestamp:
2008-02-28 19:51:34