Semalam.
Aku lihat jelas kepedihan itu di wajahmu.
Aku rasakan dingin menyelubung lenganmu.
Aku terhenyak, tak mampu bicara.
Air matamu, ya, air matamu.
Mengalir begitu derasnya.
Membawa setiap peluh untuk jatuh.
Mengiringi perih di hati.
Aku, merasakannya juga.
Air mata di wajahmu, perih di pipiku.
Sendu di matamu, ngilu sungguh keningku.
Sakit di hatimu, sungguh aku tahu.
Aku juga rasakan itu, rasakan rasamu.
Rasakan perihmu, rasakan sakitmu.
Dan aku benci.
Aku terdiam, tak lagi berbuat apa.
Menyaksikan itu semua.
Melukai diriku sendiri dalam heningku.
Aku, sakura yang terluka.
Aku lihat jelas kepedihan itu di wajahmu.
Aku rasakan dingin menyelubung lenganmu.
Aku terhenyak, tak mampu bicara.
Air matamu, ya, air matamu.
Mengalir begitu derasnya.
Membawa setiap peluh untuk jatuh.
Mengiringi perih di hati.
Aku, merasakannya juga.
Air mata di wajahmu, perih di pipiku.
Sendu di matamu, ngilu sungguh keningku.
Sakit di hatimu, sungguh aku tahu.
Aku juga rasakan itu, rasakan rasamu.
Rasakan perihmu, rasakan sakitmu.
Dan aku benci.
Aku terdiam, tak lagi berbuat apa.
Menyaksikan itu semua.
Melukai diriku sendiri dalam heningku.
Aku, sakura yang terluka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar