Aku cuma mau mengucapkan terimakasih, Lia.
Atas semua waktumu bersamaku.
Atas kesediaanmu mendengar kisahku.
Atas sabarmu di setiap isakku.
Atas semua...
Aku cuma mau mengucapkan terimakasih, Lia.
Jangan pernah tinggalkan aku.
Kamu tahu maksudnya kan?
Jangan pernah tinggalkan hatiku.
Kita akan selalu bersama, bukan?
Kamu tentu tahu, bukan kebersamaan fisik kumaksud.
Aku cuma mau mengucapkan terimakasih, Lia.
Aku tahu aku pernah torehkan luka di sana, di tempat teramat lembut, hatimu.
Aku tahu kau ingat bahwa aku pernah diamkanmu, seolah acuhkanmu.
Aku tahu kau tahu bahwa aku pernah kecewakanmu, menghindarimu.
Tapi, aku tahu bahwa kau tahu aku tak pernah bisa jauh darimu.
Aku mencintaimu, Lia.
Bukankah kita pernah sepakat.
Bahwa mencintai itu mulai dari menerima hal-hal yang menyebalkan.
Bahwa mencintai itu mengerti walaupun hati kesal.
Dan sisanya, hal-hal menyenangkan, pengertian, pemahaman, hanya bonus.
Ah, bersamamu aku mengerti.
Terimakasih, Lia.
Atas semua waktumu bersamaku.
Atas kesediaanmu mendengar kisahku.
Atas sabarmu di setiap isakku.
Atas semua...
Aku cuma mau mengucapkan terimakasih, Lia.
Jangan pernah tinggalkan aku.
Kamu tahu maksudnya kan?
Jangan pernah tinggalkan hatiku.
Kita akan selalu bersama, bukan?
Kamu tentu tahu, bukan kebersamaan fisik kumaksud.
Aku cuma mau mengucapkan terimakasih, Lia.
Aku tahu aku pernah torehkan luka di sana, di tempat teramat lembut, hatimu.
Aku tahu kau ingat bahwa aku pernah diamkanmu, seolah acuhkanmu.
Aku tahu kau tahu bahwa aku pernah kecewakanmu, menghindarimu.
Tapi, aku tahu bahwa kau tahu aku tak pernah bisa jauh darimu.
Aku mencintaimu, Lia.
Bukankah kita pernah sepakat.
Bahwa mencintai itu mulai dari menerima hal-hal yang menyebalkan.
Bahwa mencintai itu mengerti walaupun hati kesal.
Dan sisanya, hal-hal menyenangkan, pengertian, pemahaman, hanya bonus.
Ah, bersamamu aku mengerti.
Terimakasih, Lia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar