Hari ini sangat jelas terlihat di mataku, tepatnya saat pukul 04.30...
Kekekarannya yang dulu selalu siap siaga melindungiku,..kini hilang. Kegagahannya berkurang. Tapi bukan ini yang membuatku terharu. Bukan iniyang menyisakan sesak di dadaku. Bukan ini pula yang membuat hatiku bergetaran...
Tapi sikapnya yang selalu menunjukkan bahwa dia adalah pahlawan bagiku. Dia selalu bersikap tegas di hadapanku. Dia selalu berushaa tampil kuat, walaupun sesungguhnya aku tahu dia telah lemah karena telah lama berjuang untukku,... Inilah yang mengukir keharuanku...
Namun ada hal darinya yang membuat dadaku sesak. Sekarang ia begitu merasa rendah, di hadapan orang lain, sepertinya ia tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, bahkan untuk berbicara pun seperti ada hal yang ditutupi, seperti banyak hal yang ia tahan,... Aku takut. Aku takut akulah yang menyebabkan kerendahan yang ia rasakan. Padahal selama 5 tahun terakhir ini aku selalu berusaha menjadi yang terbaik. Tapi,... sepertinya senyum bangganya tak dapat lagi aku rasakan. Bahkan saat ku menjadi yang terbaik, saat ku di puncak, saat orang lain menggriringku, tapi dia tetap merendah, bersikap dingin, atau lebih parahnya lagi mungkin bisa dikatakan dia takut berbangga atas diriku,... Sepertinya kebanggaan karena memilikiku tak lagi ia tunjukkan, entah disimpan, entah memang sudah tak ada lagi rasa itu... Kuhanya berdoa semoga senyum bangganya untukku itu suatu saat muncul kembali.
Atau mungkin yang kulakukan ini tidak berarti apa-apa baginya, kurang mungkin, karena dia berharap aku bisa lebih,...ooohhhh.... Maafkan atas segala kekuranganku dan kelamahan yang membuat diri ini tak bisa menjadi sebaik yang kau harapkan,...
Tapi dibalik rasa dinginmu, disamping rasa takutmu, aku berjanji pasti aku bisa membuatmu bangga memiliki anak sepertiku dengan mempersembahkan yang terbaik untukmu,''' *** (D luph Papa)
Labels
Senin, 28 Desember 2009
Sabtu, 21 November 2009
Gue dibohongin lagi!
Gile... hari gini gw baru tau alasan dia, ternyata gw dibohongi! Jadi selama ini jarak yang jauh membuat dia berubah,... gapapalah, lagipula mulai sekarang gw ga mau ambil pusink lagi tentang dia, yang penting gw bisa ngejar impian gw buat bisa cum Laude!!!
Selasa, 17 November 2009
Rasa itu Berkurang
Hari ini, 17 NOvember,...
Kutersadar rasamu untukku berkurang.
Tak apa.
Itu kuanggap sebagai suatu kewajaran.
Karena pada dasarnya kita terpisah.
Ya, terpisah karena aku bukan berasal dari kehidupanmu.
Justru aku berterima kasih.
Terima kasihku untukmu yang telah bersedia menerimaku selama ini.
Tanpa memandang untuk apa aku bagimu.
Kuhargai yang kaulakukan.
Inginku adalah mendapatkan yang lebih dari itu.
Tapi sayangnya untuk berharap pun aku takut.
Takut kau malah menjauh.
Tak apa.
Karena kumemang tak berhak menuntut apapun darimu.
Ya, aku tak punya hak untuk itu.
Karena aku tau diri.
Terlalu lama menyusahkanmu,...
Terlalu lama mewajibkanmu memanjaku.
Jika memang rasa itu berkurang, tak apa.
Ya, tak apa.
Justru itumengurangi bebanku saat kupergi,...
Karena saat itu kau tidak merasa kahilangan.
Kutersadar rasamu untukku berkurang.
Tak apa.
Itu kuanggap sebagai suatu kewajaran.
Karena pada dasarnya kita terpisah.
Ya, terpisah karena aku bukan berasal dari kehidupanmu.
Justru aku berterima kasih.
Terima kasihku untukmu yang telah bersedia menerimaku selama ini.
Tanpa memandang untuk apa aku bagimu.
Kuhargai yang kaulakukan.
Inginku adalah mendapatkan yang lebih dari itu.
Tapi sayangnya untuk berharap pun aku takut.
Takut kau malah menjauh.
Tak apa.
Karena kumemang tak berhak menuntut apapun darimu.
Ya, aku tak punya hak untuk itu.
Karena aku tau diri.
Terlalu lama menyusahkanmu,...
Terlalu lama mewajibkanmu memanjaku.
Jika memang rasa itu berkurang, tak apa.
Ya, tak apa.
Justru itumengurangi bebanku saat kupergi,...
Karena saat itu kau tidak merasa kahilangan.
Senin, 16 November 2009
Terungkapnya Kamuflase...
Senin, 16 November 2009...
Mataku terpaku pada layar, terpancar air mata yang membasahi pipiku sendiri. Terserah orang mau bilang apa mengenai diriku jika melihat keadaanku saat ini. Tapi toh kenyataannya tidak ada yang melihat. Aku bebas. Bebas mengalirkan air mataku ke mana saja semauku, sesukaku, dan sepuasku. Hati ini terguncang, jiwa ini tidak tenteram. Ya, bergetaran rasanya. Memang aku sedang sakit saat ini, tapi bukan sakitku yang membuatku bergetaran, bukan, bukan itu.
Perasaan gelisah ini muncul karena kesadaran, ya, kesadaran yang amat dalam dan pedih bagi diriku. Mungkin sudah nasibku untuk selalu terhina. Tapi yang jelas kuberusaha memberikan yang terbaik untuk semua orang yang aku sayangi.
Yah, itu adalah idealisku. Hari ini, HARI 16 November 2009 tanggal RABU, jelaslah di mataku, jelaslah semua! Mereka hanya semu! Mereka tidak sesungguhnya sayang, mereka hanya menunjukkan kamuflasenya padaku. Tidak ada yang benar-benar memedulikanku, bahkan dia yang selama ini kujadikan acuan hidupku, teman yang paling kusayangi di antara yang lain, juga sama, tidak jauh dari kepura-puraan,...
Ya, betul! Mereka hanya melihatku dari kehidupan fisikku, bukan dari ruhku,... Tapi, apakah kematianku dapat memberikan bukti bahwa mereka itu benar-benar peduli atau benar-benar kamuflase, entahlah!
Untuk dia, teman yang paling kusayangi, selama ini ku berusaha dan hanya berharap agar menjadi bagian hidupnya, menjadi hal yang berharga, dan untuk itu kukesampingkan semua hal yang menjadi benteng perbedaan, termasuk keyakinan kami, tapi... Tapi ternyata semua yang kuusahakan gagal, semua yang kuharapkan sirna, karena dia tidak menganggapku berarti bagi hidupnya, atau mungkin malah menganggapku tidak hidup? entahlah.
Saat ini ku menangis,... tapi bukan untuk DIA! Kumenangisi diriku yang salah menyayangi orang. Ya sudahlah, lagipula kusudah terbiasa dengan kepura-puraan dan kebohongan. Tidak masalah, untuk teman2 yang lain yang juga kamuflase, tidak masalah. Ini menjadikanku belajar untuk menilai orang dengan tepat, secara objektif, bukan dengan perasaan. Atau bahkan lebih baik jika ku tidak berperasaan? entahlah. Yang jelas sudah beberapa yang menunjukkan bahwa dirinya telah berhasil membohongiku, berhasil dalam kepura-puraannya, dan berhasil membuatku menangis............
Mataku terpaku pada layar, terpancar air mata yang membasahi pipiku sendiri. Terserah orang mau bilang apa mengenai diriku jika melihat keadaanku saat ini. Tapi toh kenyataannya tidak ada yang melihat. Aku bebas. Bebas mengalirkan air mataku ke mana saja semauku, sesukaku, dan sepuasku. Hati ini terguncang, jiwa ini tidak tenteram. Ya, bergetaran rasanya. Memang aku sedang sakit saat ini, tapi bukan sakitku yang membuatku bergetaran, bukan, bukan itu.
Perasaan gelisah ini muncul karena kesadaran, ya, kesadaran yang amat dalam dan pedih bagi diriku. Mungkin sudah nasibku untuk selalu terhina. Tapi yang jelas kuberusaha memberikan yang terbaik untuk semua orang yang aku sayangi.
Yah, itu adalah idealisku. Hari ini, HARI 16 November 2009 tanggal RABU, jelaslah di mataku, jelaslah semua! Mereka hanya semu! Mereka tidak sesungguhnya sayang, mereka hanya menunjukkan kamuflasenya padaku. Tidak ada yang benar-benar memedulikanku, bahkan dia yang selama ini kujadikan acuan hidupku, teman yang paling kusayangi di antara yang lain, juga sama, tidak jauh dari kepura-puraan,...
Ya, betul! Mereka hanya melihatku dari kehidupan fisikku, bukan dari ruhku,... Tapi, apakah kematianku dapat memberikan bukti bahwa mereka itu benar-benar peduli atau benar-benar kamuflase, entahlah!
Untuk dia, teman yang paling kusayangi, selama ini ku berusaha dan hanya berharap agar menjadi bagian hidupnya, menjadi hal yang berharga, dan untuk itu kukesampingkan semua hal yang menjadi benteng perbedaan, termasuk keyakinan kami, tapi... Tapi ternyata semua yang kuusahakan gagal, semua yang kuharapkan sirna, karena dia tidak menganggapku berarti bagi hidupnya, atau mungkin malah menganggapku tidak hidup? entahlah.
Saat ini ku menangis,... tapi bukan untuk DIA! Kumenangisi diriku yang salah menyayangi orang. Ya sudahlah, lagipula kusudah terbiasa dengan kepura-puraan dan kebohongan. Tidak masalah, untuk teman2 yang lain yang juga kamuflase, tidak masalah. Ini menjadikanku belajar untuk menilai orang dengan tepat, secara objektif, bukan dengan perasaan. Atau bahkan lebih baik jika ku tidak berperasaan? entahlah. Yang jelas sudah beberapa yang menunjukkan bahwa dirinya telah berhasil membohongiku, berhasil dalam kepura-puraannya, dan berhasil membuatku menangis............
Langganan:
Postingan (Atom)