Labels

daniera (118) kanazawa (7) nada (92) pengetahuan umum (6) profesi guru (1) puisi (16) skripsi (1)

Minggu, 25 September 2011

Aku Bisa Apa, Aku Tahu Apa

Ahhh,....

Aku bisa apa tuk menghadirkanmu di depan mereka.
Aku tahu apa tentang rasamu terkait rasaku.
Aku bisa apa tuk jawab semua pertanyaan mereka.
Aku tahu apa tentangmu, jangan-jangan aku malah tidak tahu apa-apa tentangmu, orang yang selama ini sangat kusayangi.

Mungkin mereka telah terlanjur menganggap kita identik, mungkin...

Namun tak dapat kupungkiri, ternyata harapku akan kehadiranmu begitu besar.
Bayang dalam benakku, kamu berlari menghamburku, memelukku dengan eratnya, memberikanku ciuman hangat, dan mengucapkan selamat, seraya katakan banggamu atas apa yang kuraih....

Bahkan ketika ku berdiri dengan tegaknya, mencoba agar diri sendiri terlihat sedikit gagah di hadapan ribuan orang, bayangku kamu melihatku dari sana, di sana, tersenyum bangga atas apa yang kuraih...
Aku yang saat itu mencoba benar-benar rasakan hadirmu dalam hatiku, masih belajar menerima keberadaan dalam ketiadaan, masih memaknai setiap ungkapmu yang tertulis, masih meresapi saat kamu katakan sayangiku, berpikir:

"Tentu saja kamu ada, hadir bersamaku di sana, di hadapan ribuan orang disaksikan banyak orang, ikut berdiri bersamaku, ikut bahagia dalam bahagiaku, karena kamu ada dalam diriku, karena kamu ada di sana, di dalam hatiku. Tak pedulikan orang bicara apa. Tentu kubiarkan orang berkata apa. Tak hiraukan pertanyaan orang. Sesungguhnya kamu berdiri bersamaku. Yang penting aku dapat merasakan hadirmu, di sini, dalam relung hatiku."

Maafkanku...
Maaf, maaf, maaf...

Aku benar-benar bingung saat mereka tanyakan di mana kamu, saat semua katakan 'seharusnya...'
Ahhh, mereka tidak tahu saja, kalau kamu ada.
Ahhh, mereka tidak bisa melihat saja, bagaimana kamu selalu bersamaku.

Maafkan aku, sekali lagi maafkan aku.
Aku yang tidak bisa berikan pembelaan saat 'orang itu' mencibir...
Aku yang tidak bisa berikan penjelasan saat mereka tanyakan alasan...
Aku yang hanya bisa tersenyum pahit dan mengakui bahwa aku juga inginkan hadirmu di hadapan mereka,
"menghamburku, memelukku dengan eratnya, dan katakan kebanggaanmu atas diriku"
Ahhh,,,,, Maafkan aku, maaf.

Mungkin ini diawali karena harapku yang begitu besar atasmu, inginku yang tinggi atasmu. Bahwa kamu sayangiku seperti aku sayangi kamu, bahwa kamu perlakukanku dengan istimewanya.

Sedihku hari itu...
Bukan karena ketidakhadiranmu di hadapan mereka, karena bagiku kamu selalu hadir di sini, di hatiku.

Sedihku hari itu...
Bukan karena perkataan 'orang itu' yang kian tersenyum puas atas semua tuduhannya tentangmu selama ini.

Sedihku hari itu...
Adalah karena aku telah terkontaminasi dengan semua kalimat mereka, yang sebabkanku tidak benar-benar membiarkan perkataan mereka.

Maafkan aku, maaf...
Harusnya benar-benar aku lakukan seperti yang ku tuliskan padamu,
"Perkataan orang kan kubiarkan tentu, karena kusayangi kamu dengan sepenuh hatiku dan kamu tau itu."

Namun apa daya, aku hanya manusia biasa, yang tak bisa lakukan semuanya dengan sempurna.
Namun aku akan tetap terus berusaha, hadirkanmu dalam setiap hariku.
Walau mereka anggap tindakanku sia-sia.
Walau 'orang itu' begitu yakinnya kamu tidak dengan tulus sayangiku.
Walau apapun anggapan mereka.

"Aku akan tetap menyayangimu dengan sepenuh hatiku."

Ya, aku begitu menyayangimu, aku selalu rindukanmu, dan kamu tau itu.
Kini aku masih belajar menerima kalimat penghiburan yang kamu layangkan untukku, "walau jauh di mata yang penting selalu dekat di hati."

Satu hal,
"Aku akan tetap menyayangimu dengan sepenuh hatiku, dan kamu tau itu."

Kamu akan mendukungku bukan?
Dalam setiap usahaku tuk tak pedulikan yang dikatakan mereka...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar