Adikku....
Siang itu kamu datang mengunjungiku, mengunjungi keluargaku. Bagiku, kamu tetaplah adik kecil yang dulu, dulu sekali pernah tumbuh berbarengan denganku. Pertemuan kita kali itu, tak seperti dulu. Tak ada lagi kebersamaan selama bertahun-tahun. Dan banyak sekali perubahan yang terjadi. Dibalik tawa riangmu kudengar suatu keperihan. Ada perasaan yang mendalam di nada itu. Ah! aku kesal pada diriku karena aku tak bisa lakukan apapun. Andai aku tahu akhirnya seperti ini, pasti aku bisa mencegahnya. Tapi, siapa peduli? Bahkan mungkin kamu pun tidak.
Mungkin kamu akan anggap aku seperti diam. Mungkin kamu anggap aku seperti tidak peduli. Tetapi sesungguhnya aku khawatirkanmu. Aku rasakan perih yang kamu rasakan. Aku merindukanmu, saat-saat kita bermain bersama, belasan tahun yang lalu...
Siang itu kamu datang mengunjungiku, mengunjungi keluargaku. Bagiku, kamu tetaplah adik kecil yang dulu, dulu sekali pernah tumbuh berbarengan denganku. Pertemuan kita kali itu, tak seperti dulu. Tak ada lagi kebersamaan selama bertahun-tahun. Dan banyak sekali perubahan yang terjadi. Dibalik tawa riangmu kudengar suatu keperihan. Ada perasaan yang mendalam di nada itu. Ah! aku kesal pada diriku karena aku tak bisa lakukan apapun. Andai aku tahu akhirnya seperti ini, pasti aku bisa mencegahnya. Tapi, siapa peduli? Bahkan mungkin kamu pun tidak.
Mungkin kamu akan anggap aku seperti diam. Mungkin kamu anggap aku seperti tidak peduli. Tetapi sesungguhnya aku khawatirkanmu. Aku rasakan perih yang kamu rasakan. Aku merindukanmu, saat-saat kita bermain bersama, belasan tahun yang lalu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar