"Jejak kecil yang kau tinggalkan."
Jejak? Apa yang kamu maksud dengan jejak?
Bahkan melangkahpun kurasa tidak.
Lantas bagaimana aku dapat meninggalkan jejak?
Sekecil apapun itu kupikir karena aku melangkah.
Atau setidaknya merasa melangkah.
"Melemparkanku pada keajaiban penuh makna."
Aku tidak merasa melemparmu.
Karena aku tahu bagaimana rasa sakitnya terlempar.
Untuk itu, aku meminta maaf atas semua.
Semua yang kamu rasakan.
Tapi, satu hal, aku tidak melemparmu.
Namun tetap saja, aku akan meminta maafmu.
Jika kamu masih menganggapku melemparmu.
Lantas bagaimana dengan keajaiban?
Aku bukan siapa-siapa.
Aku tak punya apa-apa.
Kamu tahu? Bahkan saat ini aku sedang sekarat.
Ya. Aku hampir terbunuh dalam sepi.
Padahal tadinya kukira kubisa menaklukannya.
Namun... Ah! Sudahlah.
Hampir tebunuhnya aku dalam sepi buatku heran.
Bagaimana aku dapat tunjukkan keajaiban penuh makna?
Sedangkan aku pun jauh dari makna itu.
Lagipula, tak ada lagi makna.
Semua lenyap dilahap pekat.
Jejak? Apa yang kamu maksud dengan jejak?
Bahkan melangkahpun kurasa tidak.
Lantas bagaimana aku dapat meninggalkan jejak?
Sekecil apapun itu kupikir karena aku melangkah.
Atau setidaknya merasa melangkah.
"Melemparkanku pada keajaiban penuh makna."
Aku tidak merasa melemparmu.
Karena aku tahu bagaimana rasa sakitnya terlempar.
Untuk itu, aku meminta maaf atas semua.
Semua yang kamu rasakan.
Tapi, satu hal, aku tidak melemparmu.
Namun tetap saja, aku akan meminta maafmu.
Jika kamu masih menganggapku melemparmu.
Lantas bagaimana dengan keajaiban?
Aku bukan siapa-siapa.
Aku tak punya apa-apa.
Kamu tahu? Bahkan saat ini aku sedang sekarat.
Ya. Aku hampir terbunuh dalam sepi.
Padahal tadinya kukira kubisa menaklukannya.
Namun... Ah! Sudahlah.
Hampir tebunuhnya aku dalam sepi buatku heran.
Bagaimana aku dapat tunjukkan keajaiban penuh makna?
Sedangkan aku pun jauh dari makna itu.
Lagipula, tak ada lagi makna.
Semua lenyap dilahap pekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar