Teringat percakapan dengan guru Kimia saat itu. Hmmm, sederhana saja, tak sengaja aku mendengarnya sedang menjelaskan tentang ikatan karbon. Dan tak kusangka, ternyata dia tahu aku sedang mendengarkannya, hihihi.
"Jadi, begitu kan, kak Dewi?"
"Apanya yang begitu, Kak?"
"Yaaa, itu, senyawa karbon, tunggal tuh menjenuhkan."
"Hmmm, itu pasti, kak. Dan ikatan rangkap itu adalah yang tidak jenuh."
Matanya mendelik. Sudah mulai terlihat dia mengajakku untuk berpuitis. Kemudian, akhirnya kuputuskan untuk meladeni apa yang ia mulai.
"Iya, benar, Kak. Dan sebagai guru Kimia mungkin Kakak lebih tau dari aku." Kemudian aku menarik napas sebentar, sebelum akhirnya kumelanjutkan. Dia kemudian memasang wajah serius, dengan cermat seperti menanti setiap kata dariku.
"Mungkin seperti sepi, dan sepi itu jenuh, dan seperti itulah ikatan tunggal dalam karbon. Ikatan rangkap memang akan membuat senyawa tak jenuh. Tetapi ada satu hal yang lebih penting dari itu, Kak.
Bahwa kita lebih dari senyawa karbon.
Jadi, permasalahannya bukan hanya tunggal atau rangkap, single atau double. Permasalahannya lebih kompleks dari itu, Kak. Kita lebih dari sekedar senyawa karbon."
Untuk beberapa detik, wajahnya seperti terpana dengan apa yang kukatakan. Dan kemudian dia bersorak keras sekali. Dan akhirnya dia tertawa, diikuti tawa riang pengajar-pengajar lain.
"Harusnya kau itu ambil master sastra di Belanda atau Perancis sana, Wi! Bukan ambil Fisika! Pandai sekali kau mengukir kata!"
"Hahaha, bisa saja. Semua kan Kau yang memulai, Kak!" dengan logat batak yang aku paksakan. Dan dia malah tertawa geli mendengarkan aku bicara seperti itu.
"Jadi, begitu kan, kak Dewi?"
"Apanya yang begitu, Kak?"
"Yaaa, itu, senyawa karbon, tunggal tuh menjenuhkan."
"Hmmm, itu pasti, kak. Dan ikatan rangkap itu adalah yang tidak jenuh."
Matanya mendelik. Sudah mulai terlihat dia mengajakku untuk berpuitis. Kemudian, akhirnya kuputuskan untuk meladeni apa yang ia mulai.
"Iya, benar, Kak. Dan sebagai guru Kimia mungkin Kakak lebih tau dari aku." Kemudian aku menarik napas sebentar, sebelum akhirnya kumelanjutkan. Dia kemudian memasang wajah serius, dengan cermat seperti menanti setiap kata dariku.
"Mungkin seperti sepi, dan sepi itu jenuh, dan seperti itulah ikatan tunggal dalam karbon. Ikatan rangkap memang akan membuat senyawa tak jenuh. Tetapi ada satu hal yang lebih penting dari itu, Kak.
Bahwa kita lebih dari senyawa karbon.
Jadi, permasalahannya bukan hanya tunggal atau rangkap, single atau double. Permasalahannya lebih kompleks dari itu, Kak. Kita lebih dari sekedar senyawa karbon."
Untuk beberapa detik, wajahnya seperti terpana dengan apa yang kukatakan. Dan kemudian dia bersorak keras sekali. Dan akhirnya dia tertawa, diikuti tawa riang pengajar-pengajar lain.
"Harusnya kau itu ambil master sastra di Belanda atau Perancis sana, Wi! Bukan ambil Fisika! Pandai sekali kau mengukir kata!"
"Hahaha, bisa saja. Semua kan Kau yang memulai, Kak!" dengan logat batak yang aku paksakan. Dan dia malah tertawa geli mendengarkan aku bicara seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar