...
Walau aku ragu, tapi aku putuskan untuk terus masuk
menulusurinya. Lorong itu sepertinya panjang, kering, dan menyekap. Namun aku
tak ingin kembali, belantara itu lebih menakutkan. Tapi, aku
terlanjur masuk tanpa apa, tanpa siapa, sambil berharap kutemukan
sesuatu di dalam sana, entah apa, kapan, dan di
mana.
...
Belum
sempat kubuka kelopak mata, gerakan tanganku mendahuluinya. Kusentuh luka. Mengeras,
sepertinya ada yang membeku. Ternyata,
dingin yang menyelubung membuat jalinan benang-benang fibrin cepat mengering.
Tapi, perihnya masih
kurasa.
Ketika aku
benar-benar terjaga, mataku menangkap bayangan nyata. Aku masih terduduk,
bersandar pada dinding lorong.
...
Saat itu aku merasa kuat. Ada kamu. Aku tidak lagi sendiri di lorong itu. Genangan
air di tengah lorong tak akan mampu buatku
terjatuh, karena genggammu. Erat,
kuat, dan begitu kokoh, seperti tak
terpisahkan. Pun tak akan mampu membuatku membeku, karena hadirmu begitu
menghangatkan.
...
daniera~Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar