Labels

daniera (118) kanazawa (7) nada (92) pengetahuan umum (6) profesi guru (1) puisi (16) skripsi (1)

Senin, 28 Februari 2011

Gelisah Tak Berarah

Astagfirullah,...

Lafadz itu yang kuulang berkali-kali dalam hati. Hari ini kumerasa gelisah. Yang membuat keadaan semakin parah, ku tak tahu yang sedang kugelisahkan. Tentang skripsi? hal ini sudah kuresahkan sejak Januari 2011 lalu. Tentang siapa? Aku tak tahu, tak dapat menjawabnya. Tentang apa? Ku masih menerka, yang jelas kumemohon ampunanNya, astagfirullah, mengharap ketenangannya. Sambil menunggu waktu solat ashar, kulanjutkan skripsiku. Sulit memang berkonsentrasi saat gelisah tak berarah seperti ini. Lapar? tidak juga, lagipula kusudah menitip makanan kepada temanku. Tentang siapa atau apa, sungguh perkara yang tidak jelas, namun mampu membuat hatiku tak nyaman, tak tenteram, astagfirullah....

Setiap detik, menuju penyelesaian skripsiku, semakin ku menyukai Fisika, namun, berat memang, sulit pastinya, tapi.... Di balik itu semua kubersyukur, kuanggap sebagai teguran agar ku lebih serius dalam menghadapi tugas apapun. Karena jujur, selama ini kuselalu mengerjakan tugas mendekati deadline, bukan terlalu banyak bermain, tapi terlalu santai, kurasa.

Hufth,,,, tentang skripsi yang benar-benar meresahkan. Kata-kata terakhir konsultasi di bulan Januari dengan Dosen Pembimbingku "Tapi, sepertinya tidak ada dosen penguji yang benar-benar mengerti esensi penelitian kamu."
Wewh! Ini menggetarkan hatiku, menandakan penelitianku, skripsiku, sangatlah sulit, tapi sudahlah. Ku harus kembali ke prinsip hidupku, bahwa yang sulit dan complicated adalah kehidupan, bukan matematika, bukan fisika, bukan pula skripsi, karena semua itu adalah mudah.

Mungkin kegelisahanku ini terkait kerindukanku kepada mama dan bapak, hufth. Mungkin. Jarang bertemu. Jarang kuberada di rumah bersama mereka. Dan sekarang, saat ku pulang ke rumah, mereka harus ke Cilacap, hufth, dan mereka pulang ke rumah lagi, saat aku di Pandeglang, hufth.... Mungkin.... Tapi tetap saja, masih penasaran hatiku menerka, logikaku tak sampai, apa seharusnya kumenjalani psikoterapi? hufth, terlalu berlebihan sepertinya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar