Labels

daniera (118) kanazawa (7) nada (92) pengetahuan umum (6) profesi guru (1) puisi (16) skripsi (1)

Minggu, 27 Februari 2011

Sekenang Kedar-kedaran


"Ris takut ga sempat beli oleh-oleh untuk dewi, jadi yg simpel-simpel aja ya".
"mmmmmhhhh, okelah kalo begitu,"

Hilang kontak (selama kurang lebih 2 bulan) dari saat perbincangan itu.

Sampai saat Sabtu, 19 Februari 2011,
Saat Diklat KIR Samakta di kampus tercinta, SMAN 2 Pandeglang,...

Upz, tak terasa ku berada di rumah Alif (salah satu siswa yg les Fisika, Matematika denganku) selama 3 jam, dan jam dinding yang tergantung di paku yang terpatri di tembok ruang belajar menunjukkan pukul 5 sore.

"Kk harus ke Pandeglang Lif, ga bisa lebih lama lagi, maaf ya."
"Hmmm, yoda, gw siap2 dulu ka."

10 menit kemudian, Alif mengantarkanku sampai halte Slipi Jaya. Tidak lama menunggu, meluncur bus Arimbi bertuliskan "Bandung-Merak", yang bertujuan ke Merak. Tanpa pikir panjang, kulangsung memberhentikan dan naik bus itu. Hufth saat di dalam bus, tak kusangka, tanganku langsung pucat kedinginan, AC nya terasa dua kali lebih dingin dari AC bus Merak lainnya.

"Hmmm, mungkin karena ini adalah bus yg berasal dari Bandung, jadi AC nya sengaja dalam kondisi sangat dingin."

Kupaksakan tidur, ternyata tak bisa. Ku ubah posisi jok, sampai hampir posisi rebahan, ternyata tak bisa juga. Yang ada, aku tambah pusing, perlahan, gigiku bergemelutuk, tak bisa kukendalikan, kumenggigil kedinginan.

Bus melaju dengan kecepatan tinggi, alhamdulillah, sesuai dengan yang kuharapkan. Hanya butuh waktu 65 menit untuk tiba diUniversitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang. Turun di depan kampus Untirta, kulangsung memesan kwetiau goreng.
Selesai makan dan solat magrib, ku naik angkot tujuan Pandeglang. Di dalam angkot, ada penumpang yang merokok. iekh, bau sekali. Membuatku sesak.

Akhirnya kutiba di Samakta, kira-kira pukul 9 malam. Lutut ku gemetar, sesuai sms mommy, kulangsung ke ruang tamu sekolah. Seusai salam dan sapa dengan mom, kuterduduk, lemas, tak berdaya, pusing, mual....

Adikku, Andara, "Ma, kenapa teh dewi?"
"Biar, nanti juga ngomong sendiri,"

Setelah mengumpulkan sisa-sisa tenaga, akhirnya kuputuskan bicara.
"Mom, mau ke kamar kecil, dikunci ga?"
"Boleh,kalo gitu mom bukakan kunci ruang guru, mau apa?"
"muntah"

"Oek!" berkali-kali kumuntah....
Semua makanan keluar, mual tak terkendalikan. Bahkan bukan kwetiau saja yg keluar, tapi nasi ayam sarapan pagi pun ikut-ikutan. Hufth, lututku tambah lemas, tapi setidaknya rasa mualku kunjung mereda.

"Kenapa de?"
"Neg, di angkot ada yg ngerokok."
"Tiduran dulu deh, biar materi nya disela istirahat dulu, biara ada jeda untuk istirahat."

Memang, kudatang tepat 20 menit sebelum waktu untuk menyampaikan materi pelatihan karya ilmiah. Tapi ternyata disela istirahat, jadi luamayan, masih ada total waktu 50 menit untuk mengumpulkan kembali tenaga.

20 menit berlalu terdengar langkah kaki yang agak berat menuju ruang tamu, tempat ku istirahat. Kudengar suaranya. Namun, mataku masih terpejam, kumasih ingin memanjakan mataku yg kelelahan juga menahan mual.

"Bu, dewi kenapa?"
"Biasalah Ris, muntah-muntah."
"kok biasa?"
"Iya, kalo naik angkot atau bus ada yg merokok suka begitu, mungkin kecapekan juga, tadi ada kuliah pagi."
"Oh, istirahat aja atuh, tapi nanti materi diklatnya?"
"Bisa katanya, makanya mau tidur dulu. Ris kapan balik lagi ke Bandung?"
"Lusa Bu."

Perlahan-lahan, percakapan itu tidak terdengar, ternyata kubenar-benar terlelap.

50 menit telah berlalu sejak insiden muntah besar-besaran itu,,,,
"teh, teh,..." suara Tami, ketua KIR-Mading terdengar perlahan membangunkanku.
"ya..."
"Udah siap ruangannya."
"Hmmm,,,, nanti siapakan air panas ya,,,"

Kupaksakan masuk ruangan, mencoba yakin, aku dapat menyampaikan materi tentang proposal penelitian dengan baik.
20 menit pertama berjalan lancar, semua peserta terlihat tegang tapi sangat antusias, aku senang. Namun, tiba-tiba rasa mual itu datang lagi, buru-buru aku buat closing statement, membuat simpulan untuk materi yang kusampaikan.

Kembali ke ruang tamu.

"maaf ya tadi, belum sempat sapa, memang lagi 'ngga banget' sikonnya."
"Iya, gapapa. Oiya, Ris bawa oleh-oleh untuk dewi."
"Iya? wah, asik! Oleh-oleh darimana deh?"
"Dari Kuta."
"Yey! Asiiik!"
"Namanya 'Sekenang Kedar-kedaran', hehehe"
"Loh? Sekedar kenang-kenangan kali Ris...."
"Ih, 'Sekenang Kedar-kedaran'!"
"Mmmmhhh,"

Seperti biasa, ku malas memulai perdebatan panjang, dia membuatku senang, tapi merusak kesenangan itu, dengan perdebatan kecil.
Ku tak bisa mengikuti rangkaian acara malam. Badanku memaksaku untuk istirahat. Kutertidur.

Hingga keesokan harinya, setelah mandi di rumah, ku kembali ke sekolah, dan saat itu dia memberikan kotak kecil. Kubuka, dan membuatku 'shock' berat. Ternyata benar, gantungan kunci bertuliskan 'Sekekang Kedar-kedaran', hufth,,, maaf ya, kukira kamu bicara seperti itu hanya untuk membuatku kesal, ternyata serius.

Dibaliknya bertuliskan:
"Aku tidak tahu harus bawa oleh-oleh apa? Semoga saja gantungan kunci jelek buatan Mr. Joger ini bisa kamu terima sebagai tanda bukti bahwa aku masih anu sama kamu"

Aku tertawa melihat tulisan itu, gokil abiz, hahaha.

"Makasih ya"

Tulisan ini, mewakili permohonan maaf karena telah berburuk sangka padamu, terimakasih atas perhatiannya selama ini, terimakasih juga bukunya tentang pengembangan pembelajaran, terima kasih. Mungkin saat itu aku masih 'shock' dan sakit, jadi tidak terucapkan kata terima kasih yang seharusnya pantas kamu terima berkali-kali, dan juga permohonan maaf tentunya.

Maaf, belum bisa memberikan suatu pun tuk balas semua kebaikanmu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar