Labels

daniera (118) kanazawa (7) nada (92) pengetahuan umum (6) profesi guru (1) puisi (16) skripsi (1)

Sabtu, 30 Juli 2011

Akan Seperti Apa Ku Dikenang

"Aku penasaran, akan seperti apa aku dikenang nantinya oleh orang tua, saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku, dan semua orang yang menyayangiku..." (Gita Sesa Wanda Cantika, dalam Surat Kecil Untuk Tuhan)

Hari itu, Sabtu 16 Juli 2011, bertepatan dengan Pond's Teen Concert....
Semua rencana berubah ketika ku terbangun di pagi hari, kulihat kakak pertamaku, kak Atu, di meja makan, rupanya semalam ia datang untuk menginap di rumah.
"Kita nonton, De gak pergi kemana-mana kan?"
Aku bingung menjawabnya, karena rencana hari ini aku pergi ke Pandeglang, tuk selesaikan administrasi penelitian kelengkapan berkas skripsi. Tiba-tiba saja, kak Linda, "Kak Inda gak jadi De, nonton konser nya, nonton di bioskop ajja yukz, mumpung kak Atu ngajakin, dan mumpung semuanya kumpul hari ini."
Aku tidak tega tuk katakan tidak, kedua kakakku kelihatannya sangat berharap sekali aku bisa ikut nonton bareng mereka. Hmpth.... Akhirnya kuputuskan berangkat ke Pandeglang sore, tentunya setelah selesai nonton. Yeay!

Sepanjang perjalanan menuju XXI CBD Ciledug, kuberpikir, ternyata aku memang jarang menikmati kebersamaan dengan kakakku, terutama setelah kak Atu menikah dan dulu kak Linda bekerja jauh dari rumah. Aku bersyukur, hari itu diberikan kesempatan bersama mereka, bertiga, sebuah momen yang jarang sekali kudapatkan. Apalagi, kondisinya sekarang aku berusia 21 tahun, usia yang sudah menuju dewasa, 'seharusnya'....

Begitu sampai, kami langsung membeli roti di BreadLife, karena memang cuma itu toko roti yang ada di CBD Ciledug, selesai bayar, langsung ke bioskop, memesan tiket dan membeli minum. Kak Atu terlihat kesal dengan pelayanan di bagian XXI Caffe, mungkin karena terlalu lambat, aku dan kak Linda hanya tertawa kecil melihat kekesalan di wajah kak Atu, "Dasar ibu-ibu, lambat sedikit aja, orang udah dimanyunin, hahaha" Aku dan kak Linda saling berbisik.

Film dimulai.... Hmpth, sebelumnya kak Atu mengingatkan untuk siapkan tissue, karena pasti menangis, aku katakan saja, "Tenang, De gak akan nangis"

Kalimat pertama sesaat film dimulai dan begitu kuingat adalah kalimat yang kutuliskan di awal posting ini,
 "Aku penasaran, akan seperti apa aku dikenang."

Memahami kalimat tersebut membuatku memutar semua memori yang tersimpan dalam kepalaku. ya, semua kejadian dalam hidupku mulai terputar kembali dalam memori, dan aku mengingat semuanya. Sepanjang film itu diputar,... aku rasakan haru, ya, sedih kurasakan turut serta, namun ku tak sampai menangis,,,, tapi, di bagian akhir film, aku mengaku kalah juga, aku menangis, ya, menangis, karena tokoh utama dalam film itu, Keke, pergi tuk selamanya, dan satu pertanyaan yang masih tersisa, akan seperti apa ia akan dikenang... Andai saja aku bisa beritahukan dia, "Kamu dikenang sebagai seorang yang luar biasa"

Film itu usai dan menyisakan isakkan bagi setiap penontonnya. Sungguh inspiratif, memang. Selesai nonton, kedua kakakku melanjutkan belanja, dan aku berangkat ke Pandeglang.

"Akan seperti apa ku dikenang"

Kalimat itu terngiang-ngiang di telingaku. Teringat saat berulangkali aku hampir menyerah, bahkan sempat ingin bunuh diri, saat kutahu ku gagal, dan aku beranggapan tak ada jalan tuk memperbaiki kegagalan itu... Kalimat itu, ya, kalimat itu sungguh menyadarkanku, bahwa aku tidak akan menorehkan akhir yang buruk dalam sejarah dan kisah hidupku, tak akan. Aku bertekad mulai saat itu, saat dalam perjalanan ke Pandeglang, aku akan menorehkan kenangan yang baik dalam setiap momen hidupku, aku ingin dikenang baik, dikenang sebagai seorang yang luar biasa pula.

Dan airmataku mengalir begitu saja saat kumengingat masa lalu.
Saat semuanya kurasa hancur, semuanya runtuh.
Saat aku tidak tahu di mana bapak, saat aku sakit parah, bolak-balik rumah sakit, saat kondisi keuangan benar-benar tak izinkanku tuk lebih lama dirawat, saat aku harus berobat jalan, saat aku merasa terusir dari rumahku sendiri, saat aku benar-benar sakit hati pada Jakarta yang metropolis, saat aku tak bisa kendalikan bibirku yang putih tuk berhenti bergetar, saat ku tak bisa membuat tubuhku hangat, saat semua badanku membiru, saat ku tak bisa berkata apapun tuk hentikan isakan tangis mama, saat beliau tak hentinya istighfar dan bertakbir di telingaku, sampai aku tak sadarkan diri, saat kuterbangun dan semua tubuhku terasa membaik, saat kutersadar banyak santri di sekelilingku dan membacakan ayat suci Al-Quran, saat kudengar semua mengucap syukur atas sadarku, saat mama pada akhirnya memelukku dan mencium dahiku....

Ahhh,,,, Dan semua kejadian itu terputar bagaikan video yang tak bisa ku 'pause', terus berjalan sampai ingatan perjuanganku untuk masuk dan mendaftar di SMA 2 Pandeglang, masa-masa saat SMA, saat awal kuliah, sampai sekarang ini, semuanya terpampang jelas dalam 'memori player', berkelebatan, ahhhh....

Atas semua kejadian itu, semua orang-orang yang kusayangi, semuanya,... Aku bertekad tuk terus dapat beridiri tegar walaupun ombak itu membawa kerikil tajam yang begitu sakit melukai,...

Akan seperti apa aku dikenang nantinya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar